Jogjakarta, 3 Maret 1958 (Antara) - Kita sekarang ini terlalu tertarik pada dansa Barat. Hal ini akan merupakan suatu kehantjuran bagi seni tari kita sendiri.
Oleh karena itu kita harus mentjari suatu tjara jang bisa dianggap baik untuk membendung dansa Barat jang kurang sesuai dengan djiwa kita itu; kita harus mendapatkan suatu thema baru pada seni tari kita, tetapi djangan jang tjondong kepada sex.
Demikian tjeramah Wisnoe Wardhana baru2 ini dibangsal Wijotoprodjo (Kepatihan) Jogjakarta. Tjeramah itu diselenggarakan oleh pamitia wajang-kulit Baratunjuda 1958.
Seperti diketahui di Jogjakarta Wisnoe Wardhana termasuk salah seorang ahli seni tari Djawa dari angkatan muda. Ia mulai beladjar tari sedjak ketjil. Ia-pun pelatih dalam organisasi seni tari Krida Beksa Wirama, dan telah menghasilkan kreasi2 baru (bersama B.Kusaudijardjo), a.1. Tarian Jogaprana, Sarira, Wirogotani. Ia baru pulang mempeladjari tari Barat di Amerika, Eropa,tari Asia di India dan Djepang.
Dalam tjermahnja itu ia menginginkan suatu kemadjuan dalam lapangan seni tari kita (Indonesia), suatu perjimpangan daripada tari2 tradisionil (tari Djawa terutama) jang bersipat asmara dan kasih. Ia menghendaki suatu seni tari dengan gerakan2 jang spontan, jang digerakkan oleh kebatinan, pada saat si penari mendengarkan suatu bunji2an. Bahkan dengan tambangpun bisa pula didapatkan gerakan2 jang spontan.
Gerakan2 jang spontan jang didorong oleh keberanian itu disebabkan dengan kalimat2 dan nada dari tambang jang sedang dilagukan. Dengan demikian akan didapatkan gerakan2 baru pada seni tari kita, dengan tidak meninggalkan dasar2 kebudajaan kita sendiri. Ia kemudian memberikan suatu tjontoh dengan tambang. "Lunging gadung mrambat wit krambilana randa monjang sondang. Midak-miduk njangking mondong, ......... dst". Ternjata demonstrasi jang ia berikan itu mendapat sambutan hangat dari hadirin.
Jang masih djadi soal baginja ialah spontanitait dari kita sendiri jang masih diselaputi oleh kabut keragua2an atau malu. Hal inilah jang merupakan penghambat bagi mentjapai kemadjuan perkembangan seni tari kita lebih landjut.
Di sorot soal spontanitait ini tidaklah begitu mendjadi soal. Oleh karena itulah maka Barat banjak mentjiptakan gerakan2 baru pada seni tarinja. Djuga modern dance pada Barat jang kini tengah berlaku, bersipat spontan, membawa norma2 baru pada gerakan2, dengan berpegangan teguh pada nilai2 kesenian jang tinggi.
Wisnoe Wardhana berpendapat, bahwa modern dance jang ia lihat dan peladjari di Barat itu, mempunjai tanda2 dan mendekati seni tari kita, seni tari Timur. Di Barat kini sedang berlangsung pergolakan2 jang menganut aliran naturalisme dan abstrak. Timur sendiri beraliran pada jang abstrak.
Oleh karena itu kalau kita terlalu berpegangan pada tari2 jang tradisionil, maka kita tak bisa mendapatkan kemadjuan2. Barat tidak fanatik kepada soal2 kedaerahan, tapi pada tari an sich. Dan modern dance Barat itu mempunjai sipat toleransi dan sipat hakekat seni tari sendiri.
Karena sipat2 seni tari itu membawa perkembangan pribadi dan pembentukan watak (di Indonesia seni tari bertudjuan membentuk manusia susila dan bertanggung djawab), apakah tidak sejogjanja memasukkan tari itu disekolah2 umum, tanja Wisnoe Wardhana.
Tentang perkembangan seni tari daerah,ia melihat suatu bahaja jaitu bahwa di Pasundan dan bali kini banjak penari2 wanita, jang mendesak kedudukan penari2 laki2.
Sumber : Pusat Data dan Riset ANTARA /pdra.antaranews.com/Twitter : @perpusANTARA
Baca juga: (ANTARA Doeloe : Artja Roro Djonggrang diketemukan di daerah Purwodadigrobokan)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017