New York (ANTARA News) - Wanita muda, yang ingin menghentikan proses penuaan dan terlihat muda serta mempertahankan kecantikannya, melakukan cara lebih seperti penyuntikan wajah, operasi penghilangan kerutan menyebabkan meningkatnya keuntungan industri bedah plastik sebesar 15 miliar dolar AS.


Seberapa besar nilai 15 miliar dolar AS? kira-kira setara dengan biaya untuk tiga proyek kereta api cepat Bandung - Jakarta. Dan, itu ongkos yang dikeluarkan setiap tahun.


Menurut Reuters, pengeluaran operasi plastik di Amerika Serikat yang setara Rp210 triliun tahun lalu itu untuk tujuan non medis dan tindakan mempercantik diri lainnya, seperti botoks dan injeksi bibir naik 11 persen tahun 2016, kata Komunitas Bedah Plastik Kecantikan Amerika, sebuah organisasi beranggotakan sebanyak 2.600 pasien.

Peningkatan tersebut dapat dikaitkan dengan generasi muda yang ingin menjaga penampilannya agar terlihat tetap muda serta tren wajah muda agar mereka tetap kompetitif di lingkungan kerja dengan cara terlihat muda, kelompok itu mengatakan.

Psikolog yang berbasis di Cincinnati, Ann Kearney Cooke mengatakan bahwa media sosial telah menambah tekanan hidup pada wanita untuk memenuhi standar keindahan yang didefinisikan dengan terlihat awet muda.

"Ada aliran konstan foto dan masyarakat sering membandingkan diri mereka dengan orang lain," ujar Kearney Cooke. "Mereka kerap berpikir semakin tua, kantung mata semakin kendur," katanya menambahkan.

Akibat dari tindakan kosmetik yang dipromosikan melalui acara televisi seperti "Botched" dan juga swafoto selebritis, operasi plastik menjadi lebih jamak dan lebih diterima oleh generasi muda, katanya.

"Ada banyak masyarakat melakukan operasi plastik karena mereka merasa lemah jika tidak melakukannya," kata Kearney-Cooke.

Para pendukung operasi plastik mengatakan tindakan bedah tersebut merupakan alat yang berguna demi meningkatkan kepercayaan diri, kesehatan fisik dan jiwa. Namun dalam praktiknya, keadaan tersebut juga berkaitan dengan masalah-masalah psikologis.

Pada tahun 2011, sebuah penelitian sosial yang dilakukan Norwegia menemukan sebanyak 1.597 orang remaja dan eanita muda berumur 13 tahun ke atas yang menjalani operasi plastik lebih beresiko terkena depresi, kecanduan narkoba dan gangguan lainnya.

Meski pun demikian, pada tahun lalu ahli bedah melakukan sekitar satu juta tindakan "liposuctions", implan buah dada, dan operasi menghilangkan lipatan pada perut. Ketiganya merupakan tindakan yang paling populer, kata Komunitas Bedah Plastik Kecantikan Amerika.

Operasi menyumbang 56 persen tindakan kosmetik di tahun lalu, sementara praktik non bedah termasuk suntik serum dan peluluhan kotoran kulit dengan bahan kimia menyumbang 44 persen dari total tindakan, kata kelompok itu menambahkan.

Tindakan tersebut tidak hanya menjadi lebih banyak, tetapi juga lebih beragam.

Labiaplasti, yaitu tindakan operasi pengurangan bagian alat kelamin wanita menjadi salah satu tindakan kosmetik yang berkembang cepat, berada pada urutan kedua setelah implan buah dada menggunakan lemak.

(Uu.SYS/A/R029/A/M016)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017