Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto mengingatkan perlunya semua pihak untuk bersiap menghadapi ancaman teroris.

Keterangan pers Humas Kemenkopolhukam yang diterima Antara di Jakarta, Rabu menyebutkan, penegasan tersebut disampaikan Menkopolhukam dalam Counter Terrorism Conference (konferensi kontra terorisme) 2017 di New Delhi, India pada 14 Maret 2017.

Konferensi yang berlangsung pada 14 hingga 16 Maret itu merupakan pertemuan tahun ketiga yang digagas oleh Indian Foundation.

Konferensi tersebut dihadiri oleh sekitar 50 pembicara dari berbagai negara untuk mengupas tuntas permasalahan terorisme di dunia.

Menurut Wiranto, semua pihak perlu menguatkan kerja sama, baik secara bilateral, regional maupun global guna melawan ancaman teroris.

"Ancaman tersebut juga seharusnya menjadi pengingat, bahwa kita harus terus mempersiapkan diri serta melakukan segala daya upaya yang diperlukan guna mencegah dan melawan kejahatan yang luar biasa ini," tegasnya.

Ia menyatakan, tantangan ke depan adalah bagaimana menerapkan berbagai strategi guna menangkal terorisme seperti memperkuat penegakan hukum, mengontrol perbatasan, serta melakukan pertukaran informasi antara negara asal, negara transit, dan negara tujuan.

Pertemuan seperti konferensi ini, lanjutnya, dapat menjadi pemersatu berbagai negara untuk melawan teroris.

Dia juga mengharapkan semua keinginan, perspektif, program, dan rencana-rencana dalam melawan teroris dapat terus terealisasikan.

Menkopolhukam dalam kesempatan itu mencontohkan bagaimana Indonesia menanggapi berbagai ancaman teroris yang terus berdatangan.

"Kami menggunakan pendekatan keras dan lembut. Dalam pendekatan keras kami memburu grup-grup teroris, memecah mata rantai mereka, dan melakukan penegakan hukum yang terus-menerus. Ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak pernah menoleransi adanya teroris, dan kami berkomitmen mengejar hingga kelompok terakhir," tegasnya.

Hasilnya dapat terlihat dengan tewasnya para gembong pimpinan teroris di Indonesia, seperti pembuat bom Dr Ashari, ahli propaganda Nurdin M Top, dan baru-baru ini kelompok Santoso.

Wiranto melanjutkan, Indonesia dalam melawan teroris juga menggunakan pendekatan halus yang dinamakan deradikalisasi atau program melawan radikalisasi yang dijalankan oleh Badan Nasional Penanganan Teroris (BNPT).

"Kita harus menggunakan narasi yang efektif untuk melawan propaganda mereka dan juga penting mencegah mereka untuk mendapatkan akses terhadap cyber technology (teknologi dunia maya)," kata Wiranto menambahkan.

(KR-LWA/J003)

Pewarta: Libertina Widyamurti Ambari
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017