Dili (ANTARA News) - Partai berkuasa di Timor Leste, Minggu, menuduh pasukan penjaga perdamaian secara sengaja mengacaukan kesempatan partai tersebut memenangi pemilihan presiden yang akan berlangsung pekan ini. Partai Fretilin menyatakan, beberapa ribu anggota pasukan yang dipimpin Australia itu mengintimidasi para pendukung Fretilin, dan mencoba mengganggu pawai menjelang pemilihan pada Rabu. "Timor Leste adalah negara berdaulat, tidak lagi berada di bawah pendudukan militer," kata petinggi Fretilin, Jose Teixeira. "ISF (pasukan internasional untuk stabilisasi), tidak boleh menakut-nakuti dan mengintimidasi pemilihan yang seluruhnya damai." Pasukan asing dan polisi ditugaskan di Timor Leste setelah kekerasan etnik tahun lalu menewaskan 37 orang dan memaksa 1,5 juta orang mengungsi. Pasukan tersebut berjaga agar tidak terjadi kerusuhan lebih lanjut menjelang pemilihan pada Rabu. Calon dari Fretilin, Francisco Guterres serta saingannya, Jose Ramos-Horta, bertanding setelah memenangi pemilihan tahap pertama yang berlangsung pada 9 April, namun mereka tidak menang mutlak. Guterres mendesak pendukungnya, Minggu, untuk tetap tenang jika dia kalah dalam pemilihan. "Kalau hasil pemilihan diumumkan, rakyat harus menerima," kata Guterres kepada wartawan sesaat sebelum Fretilin menyatakan pasukan internasional melakukan intimidasi. "Jika seseorang terpilih oleh rakyat, dia harus menerima kemenangannya dan yang lain harus menerima," katanya. Guterres mengadakan jumpa pers pada hari terakhir kampanye sementara Ramos-Horta mengadakan pengumpulan massa di lapangan sepakbola di ibukota, yang dihadiri lebih dari seribu pendukung. Ramos-Horta, seorang penerima penghargaan Nobel, memberi tahu wartawan bahwa dia berharap mendapatkan lebih dari 80 persen suara, dengan mengatakan kemenangan yang berwibawa seperti itu "dapat membantu mestabilkan negara." Hadir dalam kampanye Ramos-Horta antara lain presiden Xanana Gusmao. Fretilin menduga intimidasi oleh tentara internasional itu terkait dukungan nyata pemerintah Australia bagi Ramos-Horta. "Kami tidak yakin tidak ada hubungan antara prilaku para tentara itu dengan dukungan nyata pemerintah Australia bagi Jose Ramos-Horta," kata Teixeira, yang juga menteri pertambangan dan perminyakan. Teixeira, saat membaca pernyataan, mengatakan dua kampanye Fretilin telah diganggu, termasuk satu di barat daya kota Ainaro pada 3 Mei, ketika satu helikopter mendarat di dekat kegiatan kampanye dan para tentara bersenjata lengkap bergerak di tengah kerumunan. Dia mengemukakan, partainya telah mengirim surat protes ke pimpinan pasukan internasional yaitu Brigadir Jenderal Mal Rerden dari Australia. Belum ada tanggapan dari Rerden, namun dia mengatakan, di masa sebelumnya tentara internasional datang ke Timor Leste atas undangan pemerintah setempat dengan tujuan tunggal menjaga keamanan setelah kerusuhan Mei tahun lalu, demikian AFP. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007