Dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu, Kepala BPS Suhariyanto mengatakan bahwa penurunan kinerja ekspor tersebut disebabkan turunnya ekspor nonmigas sebesar 6,21 persen dari 12,13 miliar dolar AS menjadi 11,37 miliar dolar AS.
"Penurunan sebesar 6,17 persen akibat musim, migas juga turun secara nilai, dan volume turun lebih dalam," kata Suhariyanto.
Ekspor nonmigas pada Februari 2017 mencapai 11,37 miliar dolar AS atau turun 6,21 persen dibanding Januari 2017. Sementara jika dibandingkan dengan kinerja pada bulan yang sama tahun lalu mengalami kenaikan sebesar 11,55 persen dari sebelumnya 10,19 miliar dolar AS.
Tercatat, penurunan terbesar untuk ekspor nonmigas pada Februari 2017 dibandingkan bulan sebelumnya terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar 316,0 juta dolar AS atau mencapai 99,12 persen.
Ekspor nonmigas Februari 2017 terbesar adalah ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yakni mencapai 1,36 miliar dolar AS, disusul Amerika Serikat senilai 1,36 miliar dolar AS dan India 1,02 miliar dolar AS.
Kontribusi tiga negara tersebut mencapai 32,81 persen dari total ekspor Indonesia. Sementara ekspor ke Uni Eropa yang memiliki anggota 28 negara, tercatat sebesar 1,29 miliar dolar AS.
Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-Februari 2017 mencapai 25,98 miliar dolar AS atau meningkat 19,20 persen dibanding periode yang sama tahun 2016, sedangkan ekspor nonmigas mencapai 23,51 miliar dolar AS atau meningkat 20,11 persen.
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan pada periode tersebut naik 18,83 persen dibanding periode yang sama tahun 2016, demikian juga ekspor hasil pertanian naik 20,36 persen dan ekspor hasil tambang dan lainnya naik 28,20 persen.
Sementara berdasar provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar berasal dari Jawa Barat dengan nilai 4,48 miliar dolar AS atau 17,25 persen, diikuti Riau 2,92 miliar dolar AS atau 11,23 persen, dan Kalimantan Timur senilai 2,76 miliar dolar AS atau 10,63 persen.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017