Jakarta (ANTARA News) - Para peneliti di University of Michigan merilis sebuah hasil riset yang menjelaskan bagaimana gelombang suara bisa meretas smartphone melalui akselerometer yang ada di dalam smartphone itu.
Penelitian tersebut, seperti dilansir laman CNET, menyebutkan bahwa seluruh smartphone yang dilengkapi fitur akselerometer rentan terhadap peretasan.
Peneliti University of Michigan Timothy Trippel menjelaskan perangkat smartphone yang digunakan masyarakat mengandalkan sensor seperti telinga, mata dan hidung manusia. Adanya informasi membingungkan yang dikirim kepada sensor dapat menimbulkan kekacauan.
"Jika sistem otonom tidak dapat mempercayai mereka, maka keamanan dan keandalan sistem-sistem itu akan gagal," kata Trippel dalam sebuah pernyataan.
Para peneliti mencontohkan peretasan itu pada Samsung Galaxy S5 yang membuat perangkat itu mengeja kata "WALNUT" dalam grafik pembacaan akselerometer.
Mereka juga berhasil menipu fitur pelacak kebugaran Fitbit untuk mencatat gerakan yang tidak dilakukan siapapun.
Hal ini menunjukkan, sesuatu yang sederhana seperti gelombang suara dapat membuat perangkat melakukan suatu pekerjaan yang tidak diminta penggunanya.
Akselerometer rentan terhadap peretasan karena sistem kerjanya adalah dengan bergetar, sehingga serangan masuk dengan merasukinya melalui gelombang yang cocok dengan getaran tersebut.
Samsung hingga kini belum menanggapi hasil penelitian ini, sementara Fitbit mengklaim serangan itu tidak mempengaruhi informasi penggunanya.
Serangan gelombang suara bukanlah hal baru, di mana para peneliti di Korea Advanced Institute of Science and Technology pernah menjatuhkan drone dengan pendekatan yang sama.
Mereka menunjukkan betapa sulitnya mengamankan perangkat terhubung internet, apakah itu drone mainan, pelacak kebugaran atau alat pacu jantung, demikian cnet.com.
Penerjemah: Try Reza Essra
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017