Bandung (ANTARA News) - Jusman Sjafei Djamal, pria kelahiran Aceh 51 tahun lalu yang disebut-sebut bakal menduduki jabatan Menteri Perhubungan (Menhub) hasil "reshuffle" (perombakan) kabinet dikenal sebagai sosok yang rendah hati, namun insinyur jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan tahun 1973 itu memiliki relasi luas. Hubungan Masyarakat PT Dirgantara Indonesia (Humas PT DI), Rakhendi, kepada ANTARA News di Bandung, Minggu, mengatakan bahwa Jusman merupakan orang yang jujur, muslim yang taat dan tekun bekerja, sehingga pada saat menjabat sebagai Direktut Utama PT DI tahun 2000 hingga 2002 sempat membukukan laba bersih PT DI senilai Rp11,26 miliar. Padahal, PT DI waktu itu tengah dalam posisi sulit dan mendapat sorotan publik dan himpitan ekonomi. Namun, Jusman memiliki kepemimpinan yang kuat, seperti di bidang penjualan, dan memanfaatkan relasinya yang luas. "Kalau Pak Jusman dicalonkan jadi menteri, memang pas dan pantas, karena memiliki relasi yang cukup luas, bahkan selama kepemimpinannya di PT DI beliau cenderung memanusiakan karyawan," katanya. Dikatakannya, dalam memegang tampuk puncak pimpinan PT DI, Jusman mampu menyelesaikan program penjualan pesawat terbang, memenuhi kotrak penjualan pesawat dan melakukan berbagai manuver, sehingga mampu membawa PT DI bangkit kembali dari keterpurukan. "Namun, sayangnya, kepemimpinan beliau di PT DI hanya dua tahun," katanya. Menurut Rakhendi, tidak bisa dipungkiri bahwa Jusman memang dibesarkan oleh BJ Habibie, tokoh pembaharu PT DI saat bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang kemudian menjadi Presiden RI, dari mulai bergabung dengan IPTN sebagai junior bidang rekayasa teknik (enginering) hingga senior enginering. "Pak Jusman bergabung dengan IPTN sejak tahun 1990-an hingga menjabat sebagai Dirut PT DI tahun 2000," ujarnya. Dikatakannya, Jusman yang lahir tahun 1956 menghabiskan masa kecilnya mengikuti pendidikan Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Langsa, Aceh. Kemudian, ia meneruskan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) di Medan, Sumatera Utara (Sumut). Pada 1973, Jusman merantau dan masuk ke ITB untuk menggeluti ilmu di jurusan Mesin Penerbangan. "Jusman juga banyak mengikuti berbagai kursus di dalam dan luar negeri terkait dengan bidangnya. Selepas kuliah di ITB ,kemudian bergabung dengan IPTN dibagian enginering pesawat N-250," katanya. Pada tahun 1992, Jusman dipercaya memimpin enginering N-250, selanjutnya menduduki jabatan Direktur Helikopter Sistem Senjata dan Antariksa pada tahun 1998. Pada tahun 1999, Jusman dipercaya untuk menjadi Direktur Umum PT DI, dan selang beberapa bulan kemudian tepatnya pada tahun 2000, Jusman mendapat kepercayaan memegang puncak pimpinan PT DI sebagai Direktur Utama hingga tahun 2002. Menurut Rakhendi, berdasarkan catatan karirnya, maka hampir sebagian besar rekan seangkatan Jusman saat menimba ilmu di ITB berada di luar negeri. "Hanya Pak Jusman yang masih mengabdi di tanah air," katanya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007