Surabaya (ANTARA News) - Isteri dan putri calon menteri Prof Ir Mohammad Nuh DEA mengaku sempat kaget dan tidak menyangka bila suami dan ayahnya ditunjuk presiden untuk menjadi menteri dalam kabinet sekarang. "Pertama mendengarnya, saya sempat kaget, karena tidak membayangkan kalau bapak akan menjadi menteri," ujar putri Mohammad Nuh satu-satunya, Rachma Rizqina Mardhotillah, di Surabaya, Minggu. Ketika ditemui puluhan wartawan di rumahnya di kawasan Rungkut Asri Utara 5, Surabaya, putri yang dilahirkan di Montpellier, Perancis pada 20 Desember 1989 itu menyatakan dirinya saat ini sudah biasa saja. "Hanya kaget sebentar, karena bapak baru saja melepaskan jabatan Rrektor dan kami menjadi lebih sering bersama-sama, tapi sebentar lagi akan sibuk lagi. Itu juga sudah saya alami," ucap mahasiswa Teknik Elektro ITS Surabaya itu. Senada dengan itu, isteri Mohammad Nuh, Ny drg Laily Rachmawati, Sp.Perio, mengaku tidak menyangka suaminya dipercaya menjadi menteri untuk membantu presiden. "Sejak dipanggil Presiden, saya sempat berfirasat ada sesuatu, karena bapak dipanggil saat ramai-ramainya masalah reshuffle, padahal bapak pada Sabtu (5/5) siang masih membahas tawaran menjadi Dirjen Pendidikan Agama Depag RI," ucapnya. Namun, kata Kepala Unit Rawat Jalan RSI Surabaya itu, staf khusus presiden menelepon pada Sabtu (5/5) pukul 17.00 WIB dan diminta ke Bogor pada malam hari itu juga. "Saat itu, kami sempat ke rumah keluarga kakak yang memperingati 100 hari wafatnya almarhum kakak, tapi untuk sekedar pamitan, kemudian saya dan anak langsung mengantar ke bandara Juanda Surabaya," tegasnya. Mendengar panggilan itu, dirinya sempat merasa berat karena menjadi menteri di masa seperti sekarang itu tidak mudah dan banyak disorot. "Apalagi, kami baru saja menikmati suasana yang santai setelah bapak tidak menjabat Rektor. Kami dapat berlibur ke Jakarta dan nonton film Nagabonar," paparnya. Dalam kesempatan itu, Ny Laily Rachmawati menerima kedatangan para wartawan dengan sajian bakso dan es campur. "Wah, bakso yang ini lain, karena makan bakso itu biasa, tapi makan bakso di rumah calon menteri itu tidak biasa," celetuk seorang wartawan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007