Kami berencana mengurangi pemanfaatan gajah sebanyak mungkin."

Bangkok (ANTARA News) - Sekira 50 gajah menggunakan belalai untuk mengambil pisang, melon dan nenas dari keranjang khusus secara prasmanan di ibukota lama Thailand, Ayutthaya, dalam perayaan Hari Gajah.

Selama berabad-abad gajah ditunggangi untuk membawa prajurit ke medan perang, menjadi peran kunci dalam upacara kerajaan dan digunakan untuk penebangan, serta industri lain, sebelum ada mesin.

Pada saat ini mereka lebih dimanfaatkan untuk menjadi bagian dari loka wisata, yang sering melakukan penganiayaan terhadap hewan kebangsaan itu, demikian pendapat pegiat pelestarian gajah Thailand.

"Kami berencana mengurangi pemanfaatan gajah sebanyak mungkin," kata Laithongrien Meepan, manajer pelestarian gajah di Ayutthaya, di lokasi Perayaan Hari Gajah Sedunia pada 12 Maret.

Pada acara tersebut tampak biksu Buddha memercikkan air suci kepada beberapa gajah dan pelatihnya (mahoot). Penonton menyaksikan dua gajah lain saling mengunci gading untuk memperlihatkan adegan pertempuran bersejarah pada masa lalu, demikian laporan Reuters.

Laithongrien mengatakan bahwa hampir sepertiga dari gajah di acara itu tidak lagi diizinkan ditunggangi pengunjung, tapi mereka tersedia hanya untuk dibelai, dimandikan dan diberi makan.

Sekira 3.700 gajah tersisa di alam liar Thailand dan sekira 4.000 lainnya di penangkaran, catat badan pelestarian gajah dari Inggris, EleAid.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017