Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta naik sembilan poin menjadi Rp13.347 per dolar AS pada Selasa pagi.
"Rupiah bergerak stabil dengan kecenderungan menguat bersamaan mayoritas kurs di kawasan Asia," kata Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta.
Mayoritas kurs mata uang negara kawasan Asia menguat karena kekhawatiran terhadap dampak negatif kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve), yang berencana menaikkan suku bunga acuannya, sepertinya sudah diantisipasi oleh pelaku pasar.
"Di saat yang bersamaan pasar keuangan di dalam negeri seperti surat utang negara (SUN) dan indeks harga saham gabungan (IHSG) juga menguat," katanya.
Ia menambahkan data neraca perdagangan Indonesia yang akan dirilis akhir pekan ini diperkirakan kembali mencatatkan surplus sehingga akan menambah sentimen positif terhadap rupiah.
Namun dia menyarankan pelaku pasar tetap mewaspadai kebijakan bank-bank sentral negara maju karena volatilitas berpotensi tetap tinggi pekan ini.
"Fokus masih ke kebijakan The Fed, dan juga bank sentral Eropa (ECB) yang cenderung hawkish. Di sisi lain, penting juga ditunggu pandangan bank sentral Jepang (BoJ) terhadap perekonomian Jepang," paparnya.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada juga menyarankan pelaku pasar tetap mewaspadai potensi pelemahan mata uang domestik menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).
Nilai tukar rupiah, dia melanjutkan, dapat berfluktuasi lebih tinggi seiring maraknya spekulasi pembelian dolar AS.
"Tetap cermati dan antisipasi berbagai sentimen yang dapat berpengaruh pada berubahnya arah pergerakan rupiah," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017