Kediri (ANTARA News) - Pengelola Asrama Putra "Umar" di kawasan Kampung Inggris, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, yang sempat disinggahi terduga teroris MB, mengaku tidak curiga dengan sikap yang bersangkutan.
"Kami tidak menaruh curiga ke anaknya, jadi kegiatan sehari-hari ikut," kata Pimpinan Asrama Putra "Umar" Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri Muh Lutfi Hakim ditemui di lokasi asrama, Senin.
Ia mengaku, belum mengenal terlalu jauh MB (36). Ia hanya mengetahui yang bersangkutan berasal dari Kabupaten Tolitoli, Provinsi Sulawesi Tengah.
MB pun baru tinggal sekitar satu bulan ini. Ia datang ke asrama ini ingin kursus Bahasa Arab dengan mengambil program selama dua bulan.
"Alasannya, dulu ingin belajar Bahasa Arab, jadi prosesnya sekitar dua bulan rencana, dan sampai April nanti dia mau pulang. Saat datang pun, dia sendirian," katanya.
Ia mengaku, tidak ada yang aneh dari sikap sehari-hari MB. Kepribadiannya seperti santri kebanyakan yang tinggal di asrama. Ia pun tidak mempunyai koleksi berbagai hal yang terkait dengan radikalisme.
"Anaknya normal, seperti anak-anak yang lain, juga ikut kegiatan. Ia pun juga belum punya istri," katanya.
Lutfi pun mengaku kaget ada polisi yang masuk ke asrama. Ia tidak menyangka polisi menangkap MB, seorang terduga teroris. Ia pun berjanji, ke depan akan lebih selektif lagi menerima murid untuk ikut kursus.
Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri menangkap seorang terduga teroris yang tinggal di sebuah tempat kursus Bahasa Arab di kawasan Kampung Inggris, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Polisi sudah lama mengintai MB, dan langsung menangkapnya begitu ada kesempatan. MB pun juga langsung menyerah begitu ditangkap petugas. Ia juga langsung dibawa petugas, untuk keperluan interogasi.
Petugas sempat memeriksa kamar tempat MB tinggal di asrama tersebut. Sejumlah barang pribadi milik MB dibawa petugas, sebagai barang bukti.
Sementara itu, warga datang berduyun-duyun memadati lokasi asrama tersebut. Mereka merasa penasaran, bahkan tidak sedikit warga yang mengabadikan peristiwa itu dengan merekam lewat telepon selulernya. Akibatnya, aktivitas jalan raya di tempat itu menjadi padat merayap.
Pewarta: Destyan Hendri Sujarwoko/ Asmaul Chusna
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017