"Hal itu terjadi berdasarkan hasil analisis penyediaan pangan tahun 2016 yang secara makro disimpulkan bahwa ketersediaan pangan dalam bentuk energi mencapai 3.326 kalori, namun yang dikonsumsi hanya 2.125 kalori," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau, Darmansyah di Pekanbaru, Sabtu.
Ia memaparkan pada tahun 2016 pravelensi gizi kurang mencapai 13,3 persen dan gizi buruk 9 persen.
"Kondisi ini akan menyebabkan menurunnya kualitas sumberdaya manusia, karena kurang gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas, menurunkan daya tahan, serta meningkatkan angka kesakitan dan kematian," jelasnya.
Kondisi ketahanan pangan di Provinsi Riau saat ini sebenarnya tengah menghadapi ancaman yang tidak ringan.
"Ketahanan pangan tidak hanya bergantung kepada ketersediaan pangan saja, tetapi juga akses dan penyerapan pangan permasalahan serta tantangan yang dihadapi ketahanan pangan di Riau," katanya.
Ia mengemukakan saat ini dan akan datang salah satu tantangan ketahanan pangan Riau ialah defisit pangan yang semakin meningkat yaitu dari 1.324.066 Ton pada 2015 menjadi 1.425.720 Ton pada 2017 ini.
"Salah satu penyebabnya adalah laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, yaitu 3,5 persen dibanding nasional yang hanya mencapai 1,5 persen/tahun. Disamping itu, dalam kurun waktu yang sama telah terjadi peningkatan pendapatan masyarakat yang mempengaruhi meningkatnya permintaan bahan pangan," ujarnya.
Pewarta: Netty Mindrayani dan Syahroni Alby
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017