Jakarta (ANTARA News) - Dokumen "Jakarta Concord" menunjukkan inisiatif Indonesia dalam Asosiasi Negara Lingkar Samudera Hindia (IORA) 2017.
"Sebenarnya begini. IORA itu sudah 20 tahun tapi levelnya masih tingkat menteri sehingga sebetulnya yang paling penting dari semua itu Indonesia mengambil inisiatif untuk melakukan KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) dan kemudian mengeluarkan Jakarta Concord, peristiwanya sendiri itu sangat penting," kata Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution di sela-sela KTT IORA di Jakarta, Selasa.
Pada hari Selasa, para pemimpin dan wakil dari 21 negara anggota IORA menandatangani "Jakarta Concord" sebagai panduan bagi negara anggota menanggapi tantangan di kawasan dan global.
Dokumen yang berjudul "Promoting Regional Cooperation for a Peaceful, Stable, and Prosperous Indian Ocean" itu bertujuan untuk meletakkan fondasi dan menentukan arah kerja sama organisasi negara-negara Samudera Hindia tersebut pada tahun-tahun mendatang.
"Bayangkan 20 tahun tidak ada perkembangan khusus, baru tahun ini IORA menjadi KTT dan disambut baik oleh hampir semua negara, meski ada yang mengirim bukan kepala negara tapi disambut baik itu saja sudah bagus dan wakil presiden India mengingatkan bahwa memang betul semua puas," tambah Darmin .
Strategis
Sedangkan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong juga sependapat bahwa KTT IORA yang pertama setelah 20 tahun pendirian asosiasi tersebut merupakan konferensi yang paling bernilai strategis bagi semua negara anggota IORA.
"Jadi menurut saya sangat menggenjot kepentingan kesadaran. Terus terang IORA ini salah satu forum yang cukup unik karena setahu saya tidak ada forum lain yang menyatukan negara-negara dari Afrika Timur sampai Asia Selatan sampai Asia Selatan sampai Asia Tenggara sampai Australia, jadi ini mengisi suatu vakum," kata Thomas.
Thomas pun menegaskan kepemimpinan Indonesia menjadi tampak dalam KTT IORA tersebut.
"Dua raksasa sudah pasti India dan Indonesia ada di sini, jadi kita punya leadership lebih besar (di Samudera Hindia) ketimbang di (Samudera) Pasifik. Hubungan kita dengan India juga sangat banyak, surplus sampai tujuh miliar dolar AS dan dalam beberapa bulan ini ada kunjungan ke Iran dan India," tambah Thomas.
Selanjutnya bisnis yang paling menjanjikan menurut Thomas adalah bisnis digital.
"Jadi digital ini paling menjanjikan, kerja sama bisa online lintas regional, negara lain bisa belajar banyak dari Indonesia. Kalau kita bisa belanja digital kita bisa banyak memasarkan produk ke sana. Pasti kita yang akan membanjiri mereka karena kita banyak UKM," ungkap Thomas.
Dalam dokumen "Jakarta Concord", para anggota menyatakan komitmen untuk membangun Samudera Hindia yang damai, stabil, dan makmur melalui kerja sama di berbagai bidang dengan beberapa prioritas, yaitu promosi keamanan maritim, meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi, mempromosikan pengelolaan dan pengembangan perikanan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Selain itu, meningkatkan pengelolaan risiko bencana, memperkuat kerja sama akademis dan iptek, mendorong pariwisata dan pertukaran budaya, "blue economy", dan pemberdayaan peran wanita dalam ekonomi.
Pertemuan tingkat tinggi IORA digelar pada 5-7 Maret 2017 yang dihadiri oleh 21 negara anggota IORA dengan mengambil tema "Strengthening Maritime Cooperation for Peaceful, Stable, and Prosperous Indian Ocean" (Memperkuat Kerja Sama Maritim untuk Kawasan Samudera Hindia yang Damai, Stabil, dan Makmur).
IORA beranggotakan 21 negara yaitu Afrika Selatan, Australia, Bangladesh, Komoros, India, Indonesia, Iran, Kenya, Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Oman, Persatuan Emirat Arab, Seychelles, Singapura, Somalia, Sri Lanka, Tanzania, Thailand dan Yaman. Terdapat empat kepala negara yang hadir dalam KTT yaitu dari Iran, Yaman, Mozambik dan Bangladesh.
Selain itu, IORA juga menggandeng tujuh negara mitra dialog, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Jerman, Mesir, Prancis dan China. Terdapat juga dua organisasi peninjau di IORA, yaitu "Indian Ocean Tourism Organization" (IOTO) dan "Indian Ocean Research Group" (IORG).
(D017/A011)
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017