"Terorisme di tingkat global nantinya tidak lagi berbasis agama, namun bisa juga berbasis ekonomi, politik, dan sosial budaya," kata Yanyan dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa.
Menurut Yanyan, dalam tiga tahun kedepan akan ada pembangunan ekonomi bersatu sehingga masalah ekonomi ASEAN otomatis menjadi usang dan akan bergabung dengan kemitraan strategis ekonomi yang diprakarsai China, juga Amerika Serikat.
"Fakta ini harus benar-benar diantisipasi karena terorisme itu bisa menggunakan jalur apa saja dalam melancarkan aksinya," katanya.
Saat ini, kata dia, Indonesia berada pada peringkat ke-33 indeks terorisme global, sementara Amerika di peringkat ke-35, dan Prancis ke-36.
Untuk tingkat Asia, lanjut Yanyan, indeks terorisme global Indonesia di peringkat ke-9 dan di tingkat ASEAN menampati urutan ke-4.
"Kita dianggap sebagai negara yang setengah aman," kata Yanyan yang juga anggota Kelompok Ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ini.
Ia menilai langkah BNPT memperkuat keterlibatan masyarakat di dalam memerangi terorisme, antara lain dengan membentuk Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT), sudah tepat.
Menurut dia adanya pelibatan masyarakat ini bisa menjadi sistem pertahanan keamanan rakyat semesta di bidang terorisme.
"Dengan begitu pada aspek pengukuran global di dunia, kita bisa lebih baik," demikian kata Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran itu.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017