Yogyakarta (ANTARA News) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengkubuwono X mengatakan belum mendapatkan informasi secara pasti mengenai penyebab longsornya sebuah tebing batuan kapur di Dusun Jentir, Sambirejo, Ngawen, Gunungkidul, Jumat (3/3).
"Karena ditambang atau karena memang tanahnya (bukit) sudah retak tetapi di tempat penambangan, kan beda. Saya tidak tahu persis," kata Sultan di Gedung DPRD DIY, Senin.
Sebelumnya, longsor terjadi pada Jumat (3/3) petang menimpa rumah, truk dan alat berat di lokasi yang merupakan penambangan batu putih. Akibatnya, Manto Miharjo (80) dan istrinya, Tugiyem (75), terkubur bersama rumahnya.
Jenazah Manto Miharjo (80) ditemukan oleh Tim SAR gabungan pada Sabtu (4/3) sore, sedangkan Tugiyem ditemukan pada Minggu (5/3).
Aktivitas penambangan batu yang dilakukan di sebuah bukit batuan kapur yang juga kerap disebut Gunung Buthak tersebut diduga menjadi penyebab material batu longsor.
Mengenai dugaan itu, Sultan juga tidak mengetahui apakah aktivitas pengambilan batu di kawasan itu sudah mengantongi izin atau belum.
"Saya tidak mengetahui ada izin atau belum. Kalau tidak ada izin berarti aktivitas ilegal sehingga kalau ilegal kan menjadi konsekuensinya sendiri," kata dia.
Sementara, pascaperistiwa itu sebanyak 28 kepala keluarga di Dusun Jentir, Sambirejo, Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, diungsikanke balai dusun setempat.
Kepala Desa Sambirejo Yuliasih Dwi Martini di Gunung Kidul, Senin, mengatakan pemindahan warga ini karena hujan deras yang terjadi pada Minggu (5/3) malam. Untuk menghindari kejadian tidak diinginkan pihak desa mengimbau waega untuk sementara pindah ke lokasi yang lebih aman.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017