Jakarta (ANTARA News) - Indonesia yang menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asosiasi Negara Lingkar Samudera Hindia/Indian Ocean Rim Association (IORA) pada 5-7 Maret 2017 akan memanfaatkan sebagai ajang itu untuk mengundang investor pariwisata, mengingat perhelatan itu dihadiri oleh kepala negara dan pemerintahan serta menteri.
Sudah semestinya Indonesia dalam penyelenggaraan itu akan menawarkan sejumlah potensi ekonomi termasuk pariwisata kepada delegasi dari sejumlah negara, mengingat kegiatan itulah merupakan kesempatan untuk mempromosikan potensi Indonesia.
Pemerintah Indonesia melalui Menteri Pariwisata Arief Yahya menawarkan kerja sama investasi kepada para investor dari negara-negara anggota IORA khususnya untuk 10 destinasi wisata prioritas di Indonesia.
Untuk mengembangkan sektor pariwisata dan konektivitas perlu pembangunan infrastruktur yang berkesinambungan serta merata di seluruh Indonesia termasuk 10 destinasi pariwisata prioritas.
Sebanyak 10 destinasi wisata tersebut adalah Borobudur, Jawa Tengah, Mandalika Nusa Tenggara Barat, Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur, Bromo-Tengger-Semeru Jawa Timur, Kepulauan Seribu DKI Jakarta, Toba Sumatera Utara, Wakatobi Sulawesi Tenggara, Tanjung Lesung Banten, Morotai Maluku Utara dan Tanjung Kalayang Bangka Belitung.
Berdasarkan data Kementerian Pariwisata, total investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan 10 destinasi wisata baru mencapai Rp200 triliun. Dalam perencanaannya, pendanaan sebanyak Rp100 triliun akan bersumber dari investasi publik dan sisanya dari sektor swasta.
Untuk investasi publik, pemerintah menyiapkan Rp30 triliun yanBank Dunia Rp2,6 triliun dan privatisasi Rp64,7 triliun.
Sementara dari sektor swasta, sebanyak Rp35 triliun didapat dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), sektor perbankan sebesar Rp8 triliun dan RDPT mencapai Rp57 triliun.
Pemerintah menargetkan kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019. Untuk mendukung target tersebut, pemerintah telah mengeluarkan sejumlah regulasi antara lain memberikan bebas visa kunjungan singkat (BVKS) untuk 169 negara.
Selain itu, mempermudah izin masuk kapal "yacht" dan kapal pesiar ke dalam perairan Indonesia dengan mencabut aturan "Clearance Approval for Indonesia Territory" (CAIT).
Pemerintah Indonesia menyadari betul bahwa untuk mendukung sektor pariwisata dibutuhkan konektivitas udara yang memadai mengingat 75 persen kunjungan wisman ke Indonesia menggunakan moda transportasi udara. Ketersediaan seat pesawat yang cukup menjadi kunci pencapaian target 2019.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan bahwa negara-negara yang tergabung dalam IORA belum memanfaatkan peluang kerja sama secara maksimal, termasuk Indonesia.
"IORA merupakan kerja sama yang sejauh ini belum sempat diolah atau dikembangkan dengan baik. Untuk pertama kalinya ada upaya untuk mencoba menyusun dan membicarakan kerja sama yang dimulai dari pemerintah dan dunia bisnis yang berkumpul," kata Darmin.
Negara-negara anggota IORA dinilai merupakan pilar yang cukup kuat dalam membentuk kerangka kerja sama ekonomi, budaya, politik dan lainnya. Beberapa negara yang dianggap menjadi pilar penting IORA adalah Indonesia, India dan Afrika Selatan.
Beberapa contoh potensi yang dimiliki IORA dalam konteks kerja sama ekonomi adalah pasar ekspor Afrika. Tercatat, potensi ekspor ke Afrika tersebut mencapai 550 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada 2016, namun realisasi ekspor Indonesia baru mencapai 4,2 miliar dolar AS.
Selain itu, potensi lain adalah dengan pasar Timur Tengah yang mencapai 975 miliar dolar AS, sementara Indonesia baru lima miliar dolar AS.
Perdagangan intra-regional IORA di tahun 2015 mencapai 777 miliar dolar AS atau naik 300 persen dibandingkan tahun 1994 yang sebesar 233 miliar dolar AS.
Selain itu, Samudera Hindia merupakan 70 persen jalur perdagangan dunia, termasuk jalur distribusi minyak dan gas. Bahkan lebih dari setengah kapal kontainer dan dua per tiga kapal tanker minyak dari seluruh dunia melewati kawasan ini.
IORA mencakup kurang lebih 2,7 miliar penduduk atau sebanyak 35 persen penduduk dunia. Namun, perannya baru sebesar 12 persen dari pangsa pasar dunia, 10 persen PDB global, dan 13 persen tujuan penanaman modal asing (PMA).
Tujuan IORA
Asosiasi Negara Lingkar Samudera Hindia/Indian Ocean Rim Association (IORA) berdiri secara resmi pada 6-7 Maret 1997. Pada awalnya, organisasi ini bernama "Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation" (IOR-ARC).
Tetapi pada Pertemuan Tingkat Menteri ke-13 di Perth, Australia, nama IOR-ARC diubah menjadi IORA untuk meningkatkan kesadaran publik bahwa forum ini adalah pemersatu negara-negara Samudera Hindia sebagai satu kawasan.
Tujuan utama pendiriannya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan seimbang bagi seluruh negara anggota dan menciptakan landasan yang kuat bagi kerja sama ekonomi regional melalui upaya-upaya fasilitasi perdagangan dan menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan.
Saat ini, IORA beranggotakan 21 negara, yaitu Afrika Selatan, Australia, Bangladesh, Komoros, India, Indonesia, Iran, Kenya, Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Oman, Persatuan Emirat Arab, Seychelles, Singapura, Somalia, Sri Lanka, Tanzania, Thailand dan Yaman.
Selain itu, IORA juga menggandeng tujuh negara mitra dialog, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Jerman, Mesir, Prancis dan China. Terdapat juga dua organisasi peninjau di IORA, yaitu "Indian Ocean Tourism Organization" (IOTO) dan "Indian Ocean Research Group" (IORG).
IORA bertumbuh pesat pada beberapa tahun terakhir. Pencapaian yang diraih dapat dilihat pada perkembangan organisasi yang menjadi lebih luas dan dalam serta perluasan keanggotaan. Performa IORA makin aktif sejak keketuaan India pada 2011-2013 dan Australia pada 2013-2015.
Dalam penyelenggaraan Konferensi IORA di Jakarta, Kementerian Luar Negeri RI menyampaikan bahwa 16 kepala negara dan atau pemerintahan asing sudah memastikan akan hadir untuk "very very important person" (VVIP) ada 16 orang, yaitu tingkat kepala negara seperti presiden, wakil presiden, atau perdana menteri.
Rangkaian Pertemuan IORA akan dilaksanakan pada 5-7 Maret. Acara IORA didahului pertemuan tingkat pejabat tinggi pada 5 Maret, pertemuan tingkat menteri pada 6 Maret, dan pertemuan tingkat tinggi atau KTT pada 7 Maret.
Tema yang diangkat dalam Pertemuan IORA yang digelar pada masa keketuaan Indonesia itu adalah "Strengthening Maritime Cooperation for Peaceful, Stable, and Prosperous Indian Ocean" (Memperkuat Kerja Sama Maritim untuk Kawasan Samudera Hindia yang Damai, Stabil, dan Makmur).
Agenda lain dalam konferensi itu adalah pada 6 Maret juga akan diadakan IORA "Business Summit" yang akan dihadiri sekitar 250 pebisnis dari negara anggota IORA.
Tema yang diangkat untuk pertemuan bisnis IORA itu "Building Partnership for Sustainable and Equitable Economic Growth". Pada acara bisnis ini Presiden Jokowi akan menyampaikan pidato.
(A025/A011)
Oleh Ahmad Wijaya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017