Tampil pada hari kedua festival, Sabtu malam, di panggung Gazebo, yang terletak di luar ruangan dan berukuran tak begitu besar di seberang Gedung Niaga JI Expo, Idang mengaku bahwa dirinya selalu merasa dihargai oleh festival tersebut.
"Saya selalu merasa dihargai di sini, di Java Jazz, terima kasih kepada penyelenggara dan tentunya anda sekalian yang masih mau menyaksikan saya," kata Idang di sela-sela penampilannya.
Idang tampil didampingi Shaqu Rasjidi (drum), Christopher Setlicht (bass), Umar Dani (tenor saxophone), Nur Azmi (tenor saxophone), Richard Hutapea (alto saxophone), Tyo Alibasyah (gitar) dan Iwan Wiraz (perkusi).
Idang dkk membawakan sejumlah komposisi panjang yang mengalir deras dengan tempo sesuka hati mereka yang berasyik masyuk di panggung, seperti nomor The Senegal.
"Lagu ini saya buat, karena kebetulan saya pernah ke sana makanya saya beri judul itu," kata Idang mengacu pada The Senegal.
Meski secara performa musikalitas Idang tak terlihat penurunan namun kondisi fisiknya yang tak lagi muda di usia yang akan memasuki angka 59 tahun pada 29 April 2017 nanti itu membuat pria kelahiran Pangkal Pinang tersebut cukup terlihat kepayahan saat di sela-sela penampilan.
Bahkan, di satu titik jelang memainkan lagu penutup, kedua lengan Idang terlihat gemetar.
"Goyang tuh," seru Christopher yang berdiri paling dekat dengan Idang di panggung dan menyadari kondisi Idang segera meminta bantuan kru mereka untuk mengawasi lebih lanjut penampilan sang maestro.
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017