Mataram (ANTARA News) - PT Perusahaan Listrik Negara Nusa Tenggara Barat mampu merealisasikan rasio elektrifikasi sebesar 77,68 persen pada 2016 atau melampaui target yang ditetapkan 75,90 persen.
Deputi Manajer Hukum dan Humas PLN Wilayah NTB Fitriah Adriana, di Mataram, Sabtu, mengatakan pencapaian rasio elektrifikasi yang melampaui target tersebut disebabkan karena permohonan pemasangan baru yang relatif banyak mampu diimbangi dengan daya mampu pasok energi listrik.
Daya mampu pasok energi listrik untuk sistem Lombok mencapai 245,35 megawatt, sedangkan beban puncak hanya 225,52 megawatt.
Sementara daya mampu pasok energi listrik untuk sistem Sumbawa mencapai 56,45 megawatt dengan beban puncak sebesar 42,27 megawatt.
Untuk sistem Bima, daya mampu pasok mencapai 57,45 megawatt dengan beban puncak sebesar 42,36 megawatt.
Besarnya daya mampu pasok tersebut, menurut Fitriah, tidak lepas dari masuknya sejumlah pembangkit listrik baru, terutama di Pulau Lombok.
"Masuknya pembangkit listrik baru tersebut juga didukung oleh pembangunan jaringan transmisi dan gardu induk hingga ke pelosok desa," ujarnya.
Ia mengatakan, melihat perkembangan pembangunan pembangkit listrik baru, pihaknya menargetkan rasio elektrifikasi pada 2017 sebesar 80,30 persen.
Upaya yang dilakukan hampir sama dengan pada 2016, yakni membangun pembangkit listrik baru dan memperkuat jaringan transmisi serta gardu induk hingga pelosok desa.
PLN membangun sejumlah pembangkit listrik di NTB, dengan total daya mampu pasok sebesar 500 megawatt mulai tahun 2015.
Pembangunan sejumlah pembangkit tersebut merupakan bagian dari proyek kelistrikan 35 ribu megawatt yang sudah diluncurkan secara resmi oleh Presiden Joko Widodo.
Fitriah menyebutkan, ada enam pembangkit listrik yang dibangun mulai tahun 2015 hingga 2019, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Lombok Peaker, di Kota Mataram, dengan daya mampu sebesar 150 megawatt. PLTGU itu rencananya akan beroperasi pada 2018.
Selain itu, pembangkit listrik Mobil Power Plant, di Desa Taman Ayu, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, dengan kapasitas 50 megawatt. Pembangkit tersebut sudah beroperasi pada 2016.
Ada juga pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Lombok 2 dengan daya dihasilkan sebesar 2 x 50 MW dan PLTU Lombok FPP 2 dengan daya sebesar 2 x 50 MW. Keduanya dibangun di Kecamatan Sambalia, Kabupaten Lombok Timur, dan akan beroperasi pada 2019.
Sementara untuk wilayah Kabupaten Sumbawa, akan dibangun Pusat Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) dengan daya dihasilkan sebesar 50 megawatt. Lokasi pembangunan direncanakan di Kecamatan Labuhan Badas, dan rencananya beroperasi pada 2018.
Pihaknya juga akan membangun PLTMG di Bonto, Bima, dengan daya dihasilkan sebesar 50 megawatt dan rencananya beroperasi pada 2018.
"Kami juga akan mengandalkan kapal pembangkit listrik milik perusahaan dari Turki berkapasitas 60 megawatt. Kami menunggu kedatangan kapalnya karena secara sistem PLN sudah siap," ujarnya.
Pewarta: Awaludin
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017