Karena itu saya menyeru mitra pembangunan, sektor swasta dan masyarakat umum, termasuk orang-orang diaspora, untuk bersama dengan pemerintah guna mendukung program bantuan darurat."
Harare (ANTARA News) - Zimbabwe meminta dunia internasional membantu korban bencana banjir, yang telah mengakibatkan 246 orang tewas dan ratusan mengungsi sejak Desember ketika hujan mulai mengguyur negara itu pascabencana kekeringan parah.
Bencana kekeringan yang dipicu oleh El Nino tahun lalu merusak tanaman di kawasan selatan negara Afrika itu, yang menyebabkan lebih dari 4 juta orang membutuhkan bantuan pangan. Namun warga Zimbabwe kini harus menghadapi bencana banjir setelah dilanda hujan dengan curah hujan di atas normal, lapor Reuters.
Menteri untuk pemerintah daerah Saviour Kasukuwere mengatakan banjir telah melanda desa-desa di kawasan selatan dan barat daya dari Zimbabwe, menghancurkan jalan, tanaman dan ternak dan memaksa orang untuk berlindung ke tempat penampungan sementara pemerintah.
Kasukuwere mengatakan hampir 2.000 orang kehilangan tempat tinggal, 74 sekolah rusak dan 70 bendungan telah jebol.
Pemerintahan Presiden Robert Mugabe yang kekurangan uang itu telah berjuang untuk mengelola genangan air, yang efeknya yang paling parah terjadi di daerah yang paling terpukul oleh kekeringan tahun lalu. Daerah perkotaan juga tidak terhindar dari bencana dengan banyak jalan rusak parah.
"Karena itu saya menyeru mitra pembangunan, sektor swasta dan masyarakat umum, termasuk orang-orang diaspora, untuk bersama dengan pemerintah guna mendukung program bantuan darurat," kata Kasukuwere dalam sebuah pernyataan.
Pemerintah mencari tenda, obat-obatan dan makanan bagi mereka yang mengungsi akibat banjir, katanya.
Sementara itu Unit Perlindungan Sipil (CPU) melaporkan sedikitnya 117 orang meninggal akibat hujan lebat yang telah mengguyur Zimbabwe dalam beberapa bulan belakangan, sementara 106 orang lagi cedera akibat sambaran petir.
Lebih dari 1.930 rumah dan gubuk di pedesaan juga rusak di seluruh negeri tersebut, sehingga 635 keluarga kehilangan rumah.
Tembok sebanyak 71 sekolah, lima lembaga kesehatan dan 71 bendungan telah jebol, sementara beberapa ruas jalan rusak dan jembatan hanyut diterjang air akibat hujan yang terus-menerus mengguyur negeri itu.
Zimbabwe telah diguyur hujan lebat sejak Januari, sehingga air sebagian besar bendungan meluap dan resiko banjir meningkat di daerah dataran rendah di negeri tersebut.
Negara itu pekan lalu diterjang Topan Dineo, yang sudah turun kekuatannya dan meninggalkan jejak kerusakan di sebagian besar negeri tersebut, terutama di dataran rendah Kabupaten Tsholotsho di bagian barat-laut negeri itu. Tak kurang dari 850 orang, termasuk anak kecil dan orang yang berusia lanjut, telah kehilangan tempat tinggal di wilayah tersebut.
Sekolah setempat digenangi air dan anak-anak tak memperoleh akses ke sekolah itu, tambah CPU. Pemerintah telah menanggapi krisis di Thsolotsho dengan menyediakan keperluan dasar seperti makanan, air, tempat berteduh dan layanan kesehatan.
Badan bantuan kemanusiaan Masyarakat Palang Merah dan Organisasi Internasional bagi Migrasi menyediakan pakaian, sepatuh, selimut, kelambu dan tisu buat warga desa yang jadi korban, sementara UNICEF menyediakan tenda ruang kelas buat sekolah yang terpengaruh.
(Uu.G003)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017