Para peneliti merancang sebuah tes untuk memperkirakan berapa banyak urin dalam air di kolam renang. Cara kerja tes ini adalah mengukur konsentrasi pemanis buatan, kalium asesulfam (ACE), yang umum ditemukan dalam makanan olahan.
Mereka lalu mengukur tingkat pemanis dalam dua kolam renang umum di Kanada selama tiga minggu. Hasilnya, terdapat 75 liter urine dalam kolam pertama (sekitar 830.000 liter, satu- sepertiga ukuran kolam renang Olimpiade) dan 30 liter urin dalam kolam kedua.
Meskipun begitu, peneliti tidak dapat mengonfirmasi apakah pengunjung memilih diam-diam membuang urin nya di kolam atau di toilet. Namun, hasil tes menunjukkan bahwa terdapat kandungan urin dalam kolam setiap harinya.
"Kami tidak memonitor jumlah pengguna kolam renang selama periode waktu tiga minggu penelitian... sehingga tidak ada cara kita bisa memperkirakan jumlah kejadian buang air kecil individu per hari," kata Lindsay Blackstock, salah satu peneliti.
Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal American Chemical Society, Environmental Science & Technology Letters itu juga menunjukkan bahwa kolam air panas mengandung kadar urin jauh lebih tinggi dari kolam biasa. Bahkan, Jacuzzi di satu hotel mengandung konsentrasi pemanis tiga kali lipat ketimbang di kolam renang.
Secara total, tim peneliti menggunakan 31 kolam dan dua bak di dua kota Kanada. Mereka menemukan adanya ACE dengan konsentrasi hingga 570 kali lipat dalam sampel air keran. Konsentrasi ACE ini bisa digunakan untuk mengukur volume perkiraan urin dalam air kolam.
Dalam satu survei anonim, 19% dari orang dewasa mengakui telah membuang urinnya di kolam renang setidaknya sekali. Bahkan, perenang profesional sekaliber Ryan Lochte dan Michael Phelps mengaku hal ini biasa.
"Saya pikir semua orang buang air di kolam renang. Klorin dalam air bisa membunuh (bakteri atau apapun( itu, sehingga tidak masalah," ujar Phelps.
Benarkah urin dalam kolam renang tak berbahaya?
Peneliti mengatakan senyawa dalam urin, termasuk urea, amonia, dan kreatinin bereaksi dengan disinfektan sehingga dapat menyebabkan iritasi mata dan pernapasan. Paparan jangka panjang senyawa ini berhubungan dengan munculnya asma.
Di masa depan, para ilmuwan menyarankan penggunaan ACE sebagai bagian tes untuk memastikan urin di kolam tetap berada di level higienis. Demikian seperti dilansir The Guardian.
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017