"Ini bahaya karena kelompok radikal ingin memecah belah NKRI," kata Yusny yang juga ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Aceh seperti dikutip dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu.
Menurut dia ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk meredam hoax dan ujaran kebencian ini. Dari sisi masyarakat, kata dia, harus bisa memperkuat diri dengan saling berbagi, saling menyantuni, dan saling mengajarkan yang baik.
"Juga jangan saling menghujat, jangan mudah percaya terhadap sumber berita yang belum tentu benar agar keberagaman yang ada di dalam bangsa ini tidak mudah terpecah belah," kata dia.
Dari sisi pemerintah, kata dia, harus bisa menjadi sumber informasi yang benar. Artinya, pemerintah, baik pejabat atau lembaganya, tidak boleh mengeluarkan pernyataan yang tidak benar, apalagi memodifikasi berita seperti zaman dulu.
"Rakyat itu cenderung mengikuti pola tingkah laku pemimpin mereka. Ini teori klasik, tapi masih cukup tajam di zaman sekarang," kata dia.
Yang juga penting, lanjut Yusny, harus ada lembaga yang benar-benar bisa menjadi panutan bagi masyarakat dalam memerangi hoax dan ujaran kebencian.
"Tidak harus lembaga agama karena faktanya masih ada lembaga agama yang kadang juga menciptakan sebagian dakwah-dakwah yang memprovokasi. Ini sangat menyedihkan," kata dia.
Dikatakannya, lembaga agama yang gampang menghujat bahkan mengkafirkan pihak lain jelas tidak mendidik dan mencerdaskan bangsa karena tidak bisa membuat karakter orang menjadi jujur, santun, dan saling menghormati dalam bingkai toleransi beragama.
"Kalau hal semacam ini dibiarkan maka nanti yang terbina justru musuh, padahal semua makhluk Allah itu saudara kita semua. Marilah saling menghormati, jangan menghujat satu sama lain," katanya.
Menurut dia, peran keluarga dan lembaga pendidikan di dalam mengajarkan kejujuran dan perilaku positif lainnya harus diperkuat agar terlahir generasi yang positif pula.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017