Kyoto (ANTARA News) - Presiden Bank Pembangunan Asia (ADB) menegaskan pentingnya negara-negara pemberi dana (donor) melanjutkan negosiasinya untuk tetap membantu negara-negara di Asia memenuhi targetnya, mengurangi kemiskinan seperti yang menjadi target Pembangunan Milenium pada 2015. "Kami mengetahui adanya kebutuhan yang besar negara-negara Asia untuk mengurangi kemiskinan. Untuk itu kelongaran pinjaman merupakan instrumen yang penting dalam mendukung tercapainya target tersebut," kata Haruhiku Kuroda dalam jumpa pers di Kyoto, Jumat. Dia juga berharap agar negara-negara donor memulai perundingannya karena bantuan tersebut akan menjadi penting dalam upaya-upaya untuk memenuhi target tersebut selama kurun waktu 2009-20012. "Kami akan meyiapkan pertemuan persiapan besok dan berharap negara-negara donor setuju untuk memulai negosiasinya tahun ini," ujarnya. Lebih jauh ia mengatakan pertemuan tahunan ADB ke-40 ini juga merupakan kegatan yang penting untuk mengetahui sejauh mana negara-negara Asia dan Pasifik melewati perjalanan waktunya selama empat dekade. "Secara keseluruhan kita harus berbangga atas semuanya itu. Negara-negara di kawasan ini telah melakukan langkah-langkah yang mengesankan dalam meningkatkan angka pertumbuhan serta upaya yang keras dalam mengurangi kemiskinan," katanya. Namun, kata Kurada, dua pertiga angka kemiskinan dunia berada di Asia dan kenyataan itu merupakan hal yang tidak boleh kita lewatkan. Dia juga mengemukakan betapa masih terjadi kesenjangan antara kaya dan miskin serta persoalan lingkungan yang perlu diatasi bersama. Kuroda menelihat kerjasama regional dan integrasi merupakan hal yang selalu penting bagi kegatan-kegiatan ADB, serta terus berupaya menyediakan bantuan keuangan dan tenaga-tenaga ahli untuk memperkokoh integrasi keawasan. Sementara itu, dalam banyak diskusi di kalangan lembaga swadaya masyarakat (LSM) internasional, terkait dengan tujuan Millenium Development Goals-MDG), negara-negara maju dinilai setengah hati dalam membantu negara-negara miskin, terlebih dalam menyumbangkan 0,7 persen dari jumlah PDB-nya. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007