"Kami mengapresiasi apa dilakukan pemerintah kota, karena telah memberikan perhatian khusus pada tokoh masyarakat, dalam hal ini pemuka semua agama, dengan memberikan uang penghargaan kepada 1.500 tokoh agama setiap bulan," kata Ketua Komisi II DPR-RI, Zainudin Amali, di Manado, Selasa.
Alami mengatakan, hal tersebut patut menjadi contoh bagi daerah-daerah yang lain di Indonesia, karena baru Manado yang melakukannya sehingga bisa ditiru karena banyak manfaatnya.
Dia mengatakan, Pemkot memberikan uang penghargaan setiap bulan kepada para pemuka agama yang ikut berperan menjaga keamanan, kerukunan antar umat, persatuan dan kesatuan sehingga hal-hal yang sering dikhawatirkan tidak sampai terjadi di Sulawesi Utara dan Kota Manado.
"Ini adalah hal yang baik, karena dukungan para tokoh agama, telah membuat Sulawesi Utara dan Manado jauh dari ancaman desintegrasi bangsa," katanya.
Wali Kota Manado, Vicky Lumentut mengatakan, sepanjang pemerintahan sejak periode pertama memimpin Manado, bantuan bagi pemuka agama sudah diberikan rutin setiap bulan namun dengan jumlah yang berbeda.
Pada periode pertama katanya, para pemuka agama mendapatkan hibah dana honor dari pemerintah sebesar lima ratus ribu setiap bulannya, lalu naik menjadi satu juta rupiah dan pada periode kedua ini dinaikan lagi menjadi Rp1.250.000 perorang.
"Itu memang komitmen kami, karena kami merasa terbantu oleh para tokoh agama, dimana dalam pertemuan setiap dua pekan di kantor wali kota, semuanya mendapatkan informasi mengenai keadaan Manado," katanya.
Jadi jika ada yang bermasalah, maka pemerintah akan minta tolong pemuka agama membantu menyelesaikan kepada umat masing-masing dan cara tersebut terbukti manjur menekan berbagai masalah keamanan dan kenyamanan yang muncul karena berbagai sebab.
Sebab itulah menurutnya, maka setiap tahun, pihaknya menganggarkan dana hibah bagi pemuka agama, dalam APBD sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan kepada para pemuka agama, yang sudah membantu dan mendukung pemerintah ikut menjaga keamanan dan kenyamanan Manado.
Pewarta: Joyce Bukarakombang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017