Lombok Utara (ANTARA News) - Sri Rabitah (25), tenaga kerja wanita asal Dusun Lokok Ara, Desa Sesait, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, mengadu ke bupati setelah menyadari satu ginjalnya tidak ada diduga dicuri majikannya ketika ia bekerja di Kota Doha, Qatar.
Kehilangan ginjal, Rabitah didampingi tim dari Pusat Bantuan Hukum Buruh Migran Indonesia (PBHBMI) cabang NTB mengadukan nasibnya ke Bupati Lombok Utara H Najmul Akhyar, Senin (27/2).
Dihadapan bupati, Rabitah mengaku berangkat ke Doha pada Juni 2014 melalui sebuah agensi bernama Alzajirah di Kota Abu Dhabi dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah majikan bernama Madam Gada.
"Saya tidak lama bekerja di rumah majikan Madam Gada. Tetapi saya dititipkan di rumah ibunya yang sedang sakit, selama satu minggu," tuturnya.
Namun, tidak lama bekerja di rumah ibu sang majikan, ia diminta ke rumah sakit untuk melakukan cek kesehatan. Tanpa disadari, ternyata dirinya diminta untuk menjalani operasi oleh pihak rumah sakit.
Operasi itu pun ia jalani tanpa izin dari pihak keluarga, termasuk tanpa sepengetahuan dirinya. Ia sempat tidak sadarkan diri karena pengaruh obat bius. Begitu sadar, ia merasakan sakit di bagian pinggang kanannya akibat ada bekas operasi.
Ironisnya, seusai menjalani operasi, pihak majikan tidak membawanya pulang ke Doha, tetapi mengembalikan Rabitah ke pihak agensi dengan kondisi lemah.
"Di agensi saya malah mendapatkan siksaan karena dianggap tidak bisa bekerja," terangnya.
Setelah melewati peristiwa itu, Rabitah sempat tiga kali disalurkan ke majikan lain di Doha. Karena sakit pascaoperasi, Rabitah tidak mampu bekerja, ia pun selalu mendapat siksaan majikan.
Beruntung majikan yang terakhirnya merasa iba melihat kondisinya. Lantas, ia dibawa ke agensi dan meminta mengembalikan Rabitah ke Indonesia. Ia kemudian di pulangkan pada 24 Juli 2014 dari bandara Qatar menuju Bandara Juanda, Surabaya.
Sesampai di kampung halaman, Rabitah tidak menyadari kalau ginjal kanannya sudah tidak lagi berada di tubuhnya. Ia baru mengetahui, setelah memeriksakan kesehatannya ke RSUD Tanjung Lombok Utara, Januari 2017.
"Melalui kesempatan ini saya minta bantuan kepada bapak bupati untuk menuntut pelakunya. Saya tidak ikhlas dunia akhirat kalau ginjal saya diambil secara diam-diam. Kalau pun dia minta ke saya mungkin saya ikhlaskan tapi ini diambil tanpa sepengetahuan," ucapnya.
Mendengar itu, Bupati Lombok Utara H Najmul Akhyar sangat menyesalkan kejadian yang menimpa Rabitah. Bupati berjanji akan berbuat semaksimal mungkin untuk membantu Rabitah, termasuk membantu biaya oeprasi dan pengobatan Rabitah di rumah sakit.
"Dengan cara apa pun apakah pemerintah akan mengeluarkan uang atau kita akan membangun jaringan untuk menyelesaikan permasalahan ini," tegas bupati.
Tidak hanya itu, bupati berjanji akan bersurat kepada Presiden Joko Widodo untuk meminta perhatian khusus terhadap persoalan persoalan seperti itu.
"Saya juga mengimbau kepada semua kepala daerah, agar turut aktif terhadap persoalan-persoalan seperti ini karena ini cukup banyak terjadi di Indonesia," katanya.
Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017