Penang (ANTARA News) - Para tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri, terlepas dari berbagai macam penderitaan yang diterima, telah mengirimkan remitansi (uang) ke Indonesia mencapai 5 miliar dolar AS per tahun. "Suatu jumlah yang sangat signifikan karena devisa tersebut langsung masuk ke daerah-daerah asal TKI untuk membangun keluarga, baik untuk tujuan konsumtif maupun produktif sehingga memberikan peluang kegiatan ekonomi pada daerah-daerah pengirim TKI," kata Dr Ir Arifien Habibie MS, staf ahli Ketenagakerjaan di Menko Perekonomian RI di Penang, Malaysia, Kamis. Dalam lokakarya kajian Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia: Strategi Komunikasi dan Harmonisasi", Arifien mengemukakan, remitansi yang masuk itu dikirim oleh sekitar 4 juta TKI di mancanegara, berdasarkan data BPS tahun 2006. Menurut dia, pemerintah Indonesia terpaksa mengirim TKI ke luar negeri karena tidak mampu menyediakan lapangan kerja sebanding dengan jumlah angakatan kerja yang masuk ke pasar kerja maka upaya pemerintah untuk mengurangi pengangguran. Berdasarkan data BPS tahun 2006, jumlah angkatan kerja Indonesia hingga Agustus 2006 mencapai 106,39 juta, terlihat bahwa komposisi angkatan kerja didominasi oleh angkatan kerja dengan pendidikan SD yang mencapai 53,13 persen, sedangkan komposisi pendidikan tinggi hanya sekitar 0,3 persen. "Angka ini sungguh sangat memprihatinkan dengan dominasi tingkat pendidikan yang rendah maka dapat diprediksikan kemana dan dimana tenaga kerja itu bekerja sehingga akan menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga kerja yang dihasilkan," katanya. Di sisi lain, dengan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi hanya sekitar empat persen selama delapan tahun pasca krisis ekonomi telah menyebabkan semakin menumpuknya jumlah angkatan kerja yang tidak masuk ke pasar tenaga kerja. Data BPS, Agustus 2006, menunjukan bahwa jumlah pengangguran terbuka telah mencapai 10,9 juta atau sekitar 10,28 persen dari total angkatan kerja. Dalam lokakarya yang diselenggarakan Persatuan Pelajar Indonesia di Malaysia hadir pembicara lainnya yakni Presiden PAPA (Persatuan Agensi Pembantu-rumah Asing) Malaysia Dato Zulkepley Dahalan, Muhammad Iqbal, konsultan Migrant Worker di KBRI Malaysia.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007