Washington (ANTARA News) - Ekstremis ISIS memaksa anak-anak dan para penyandang disabilitas menaiki truk bermuatan bom dan membuat mereka mengemudikannya menuju pasukan keamanan Irak di Mosul, kata seorang jenderal dari koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS).

Taktik keji tersebut, ditambah dengan langkah-langkah nekat lainnya di medan perang, merupakan tanda kelompok ISIS menyadari bahwa kekalahan mereka tidak dapat dihindari, kata para pejabat.

Ekstremis menggunakan truk yang dipasang bom, dikenal di kalangan militer sebagai vehicle-borne improvised explosive devices (VBIED), untuk menyebabkan dampak merusak dalam operasi Mosul dan tempat lain di Irak.

Berbicara kepada AFP dan wartawan lainnya di Baghdad pada pekan ini, Brigadir Jenderal Angkatan Udara AS Matt Isler mengatakan kelompok ISIS mengadopsi teknik-teknik baru yang koersif dalam penggunaan bom mobil bunuh diri karena ekstremis tampaknya kehabisan pengemudi sukarela.

"Kami melihat orang-orang dibawa ke VBIED, dimasukkan ke dalamnya dan dirantai di VBIED," katanya.

"Kami melihat anak-anak dimasukkan ke dalam VBIED sebagai pengemudi, orang-orang yang tidak dapat berjalan... saya tidak tahu apa mereka mengajukan diri untuk melakukan itu."

Koalisi sering melihat VBIED melakukan misi, tapi sopirnya keluar dari jalur dan mencoba bersembunyi di balik bangunan.

Isler juga mengatakan mereka melihat pengemudi VBIED membelot, melihat komando dan kendali ISIS berusaha mencari tahu ke mana sopir VBIED mereka pergi, melihat beberapa sopir VBIED kabur.

Koalisi pertama kali melihat sopir dirantai ke truk ketika pasukan keamanan Irak mendekati Sungai Tigris saat mereka membersihkan Mosul timur, kata Isler.

Operasi untuk membebaskan kota terbesar kedua Irak itu dari kendali ISIS dimulai pada Oktober. Setelah membersihkan sisi timur, pasukan Irak pada Minggu melancarkan operasi yang bertujuan memukul mundur ISIS dari tepi barat Mosul, demikian dikutip dari AFP. (mr)


Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017