Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) menyatakan hingga Jumat ini sekitar 50 perusahaan mulai dari perusahaan minyak dunia hingga institusi finansial berminat mengikuti "Project Expose" penawaran pengelolaan Kilang Bontang yang bakal digelar 28 Februari nanti.
"Terdapat lebih dari 50 perusahaan calon mitra yang sejauh pengamatan kami memiliki kompetensi berkelas dunia untuk megaproyek pengolahan dan petrokimia, menyatakan hadir dalam Project Expose GRR Bontang," kata Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi di Kantor Pusat Pertamina Jakarta, Jumat.
Rachmat mengatakan jumlah tersebut menjadi sinyal positif tidak hanya bagi proyek kilang baru "Grass Root Refinery" (GRR) Bontang, namun juga iklim investasi di Indonesia yang dinilai menarik di sektor minyak dan gas.
Dalam kesempatan yang sama, SVP Business Development Pertamina Iriawan Yulianto menjelaskan peserta Project Expose GRR Bontang ini dilakukan melalui undangan dan pengumuman media nasional maupun internasional.
Ada tujuh mitra strategis dari perusahaan minyak dunia yang menyatakan siap mengikuti penawaran proyek, sedangkan sekitar 50 perusahaan dari berbagai tipe didapatkan melalui pengumuman media.
"Tujuh mitra strategis itu perusahaan minyak dunia, sedangkan 50 perusahaan itu campuran ada luar negeri dan dalam negeri. Sangat banyak sekali yang berminat, namun kita akan sesuaikan berapa yang bisa hadir," ungkap Iriawan.
Ada empat karakteristik utama calon mitra yang dikehendaki Pertamina, yaitu memiliki rekam jejak yang kuat pada industri pengolahan minyak serta diutamakan keandalan operasional dan eksekusi proyek.
Selain itu, mitra harus dapat menyesuaikan dengan struktur dan model bisnis yang dikehendaki Pertamina, memiliki keinginan kuat untuk percepatan proyek dan mampu menyelesaikannya pada 2023 serta memberikan nilai menarik bagi proyek GRR Bontang.
Mitra strategis diharapkan berperan dalam pengadaan minyak mentah (crude) dan menyiapkan pendanan serta memiliki kemampuan dalam memasarkan produk ke pasar luar negeri, seperti Australia, Papua Nugini, Selandia Baru dan Filipina.
Pertamina menargetkan dapat memperoleh mitra strategis tersebut pada 28 April 2017. Setelah terpilih, Pertamina bersama mitra strategis akan memulai proses analisis kelayakan usaha "Bankable Feasibility Study" (BFS) yang ditargetkan selesai pada awal 2018 sekaligus menuntaskan pembentukan konsorsium serta penetapan "preinvestment decision 1" yang menggambarkan perkiraan awal investasi proyek GRR Bontang.
Ada pun GRR Bontang ditargetkan mampu mengolah minyak mentah sekitar 300 ribu barel per hari.
Pelaksanaan pembangunan kilang baru di Bontang ini merupakan tindak lanjut dari Keputusan Menteri ESDM No. 7935 K/10/MEM/2016 tanggal 9 Desember 2016 yang menugaskan Pertamina untuk membangun dan mengoperasikan kilang minyak di Bontang, Kalimantan Timur.
GRR Bontang diharapkan bisa mendukung Nawacita Presiden Rl Joko Widodo, yakni meningkatkan kemandirian energi dengan mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM).
Pada tahap awal, Pertamina akan masuk dengan minimal kepemilikan sekitar 5 hingga 25 persen, selanjutnya mempunyai hak atau pilihan untuk meningkatkan kepemilikan dalam periode yang akan disepakati.
Pertamina sudah mempunyai pengalaman positif dalam bermitra dengan mantra-mitra internasional, salah satunya SK Energy, Korea Selatan bermitra dengan Pertamina untuk proyek pelumas sintetis (Lube Base Grup III) sejak 2007 di kilang RU ll Dumai dan Rosneft Oil Company untuk GRR Tuban dan Saudi Aramco untuk RDMP Kilang Cilacap.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017