"Teater Koma akan menerbitkan buku 40 tahun perjalanan di mana darah dan keringat bercucuran, namun di dalamnya ada semangat solidaritas dan toleransi," kata Ratna Riantiarno, piminan produksi Teater Koma.
Pembuatan buku menurut Ratna dilakukan sebagai langkah untuk mencatatkan diri sebagai bagian dari sejarah.
Buku dengan tebal 300 halaman itu ditulis sendiri oleh sang sutradara Teater Koma, Nano Riantiarno. "Bukunya tebal, perjalanan Teater Koma saya tulis dari awal sampai akhir ada semua di situ," ujar Nano.
Buku tersebut rencananya akan diperkenalkan ke publik saat pementasan kembali "Opera Ikan Asin" pada 2-5 Maret mendatang.
"Akan diluncurkan pada 28 Februari, tapi tidak peluncuran khusus, namun kami akan jual di sana (saat pementasan Opera)," kata Ratna.
Proses pembuatan buku yang akan di dominasi oleh foto dengan 70 persen dari isi buku tersebut berwarna, menurut Ratna, hanya dilakukan dalam waktu sebulan.
"Ada kumpulan tulisan, foto dari database kami. Kira-kira sebulan (proses pembuatan). Untungnya, kami rapi mengatur dokumentasi," kata dia.
Dibantu anaknya, Dika, Nano mengumpulkan dokumentasi Teater Koma yang sebagian besar ada di kediaman mereka.
"Empat puluh tahun, mudah-mudahan semangat ini tidak hilang, bahkan sudah regenerasi. Yang dulu Bapaknya main teater sekarang anaknya yang main teater. Begitu juga dengan penonton, yang dulu nonton sekarang bawa anak cucu mereka," ujar Ratna.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017