Pontianak (ANTARA News) - PT Indonesia Air Transport Tbk (IAT) sejak pekan lalu mulai beroperasi di Kalimantan Barat untuk mengisi kekosongan sejumlah rute penerbangan yang sebelumnya dilayani secara reguler oleh Deraya dan Dirgantara Air Servicee (DAS). Kepala Dinas Perhubungan Kalbar, Ibrahim Basri di Pontianak, Kamis mengatakan, rute yang dilayani IAT yakni Pontianak - Putussibau (Kapuas Hulu) dan Pontianak - Ketapang. "Rute yang dilayani sifatnya tidak terjadwal namun IAT meminta izin setiap hari untuk tetap beroperasi," katanya. Menurut Ibrahim, sifatnya layanan yang bukan reguler membuat maskapai tersebut memiliki kewenangan untuk menentukan waktu keberangkatan. Penentuan itu dapat berdasarkan jumlah penumpang atau barang yang akan diangkut dan dinilai layak dari sisi perusahaan. Namun, lanjut Ibrahim, maskapai tetap harus mengedepankan aspek keselamatan penerbangan maupun penumpang. Selama ini, rute Pontianak - Putussibau dilayani DAS. Kurun waktu dua bulan terakhir, DAS tidak lagi beroperasi karena kendala teknis. Penghentian layanan tersebut membuat masyarakat Putussibau yang berjarak sekitar 880 kilometer sebelah timur Pontianak itu kesulitan mendapatkan transportasi yang mudah dan cepat. Kerusakan parah di jalur lintas selatan menuju Putussibau juga membuat harga bahan-bahan kebutuhan pokok di kabupaten paling timur Kalbar itu naik antara 20 hingga 50 persen. Waktu tempuh dari Pontianak yang biasanya 19 jam menjadi tiga hari. "Keterbatasan sarana transportasi menjadi salah satu pertimbangan pemberian izin keada IAT. Kebetulan juga, tidak ada maskapai lain yang mengajukan penawaran," tambahnya. Jangka waktu pemberian izin terbang untuk IAT di Kalbar tidak terbatas karena tergantung kemampuan maskapai tersebut. Sementara untuk tujuan Ketapang, dari tiga maskapai yang mendapatkan izin penerbangan secara reguler dari Departemen Perhubungan, hanya satu yang masih bertahan yakni KalStar. Sedangkan dua maskapai lain, PT DAS dan Deraya, tidak lagi beroperasi karena kendala teknis. "Kekosongan itu diisi oleh IAT meski sifatnya tidak terjadwal atau setara dengan sistem sewa," kata Ibrahim. IAT menggunakan satu armada untuk melayani kedua rute itu dengan jenis pesawat ATR-42. Pesawat ATR-42 dikembangkan konsorsium Aerospatiale Perancis dan Aeritalia Italia (kini Alenia). Prototipe pertama pesawat itu terbang pada Agustus 1984. Jumlah penumpang yang dapat diangkut sekitar 50 orang. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007