Saya telah membaca buka tentang ITA yang dirintis Presiden Soekarno dengan menyekolahkan mahasiswa asal Maluku untuk mengikuti program strata satu (S-1) maupun strata dua (S-2) di Rusia."

Ambon (ANTARA News) - Gubernur Maluku Said Assagaff mengatakan Presiden Joko Widodo mengarahkan pemerintah provinsi (Pemprov) Maluku agar mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) lebih dahulu sebagai bagian dari upaya mendirikan Institut Teknologi Ambon (ITA).

"Kepala Negara mengarahkannya saat Rapat Terbatas (Ratas) kabinet di Istana Negara Jakarta pada 21 Februari 2017 dengan mempersiapkan SDM hingga lima tahun ke depan," kata Assagaff di Ambon, Kamis.

Karena itu, calon mahasiswa ITA digabungkan dulu dengan Fakultas Teknik Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon selama dua tahun.

"Saya sudah mengkoordinasikannya dengan Rektor Unpatti Ambon Prof Nus Saptenno maupun Dekan Fakultas Teknik," ujarnya.

Gubernur mengemukakan telah bekerjasama dengan Institut Teknologi Bogor (ITB) maupun Universitas Padjajaran untuk memanfaatkan dosen mereka.

"Jadi dosen dua perguruan tinggi (PT) tersebut siap mengajar di Ambon," katanya.

Gubernur juga memandang perlu meminta adanya rekomendasi moratorium dari Kementerian Pendidikan Tinggi (Kemendikti).

"Pendirian ITA termasuk dalam enam PT yang masih kena moratorium dari Kemendikti," tandasnya.

Disinggung soal lahan untuk membangun kampus maupun fasilitas ITA, dia menjelaskan, sudah siap membayar 100 hektare.

"Uangnya sudah disiapkan sehingga tinggal membayar bila telah disetujui pendirian ITA," kata Gubernur.

Dia mengakui, mendirikan ITA ini terinspirasi terobosan Presiden Soekarno yang bekerjasama dengan pemerintah Rusia pada 1956 untuk mendirikannya di Ambon.

"Saya telah membaca buka tentang ITA yang dirintis Presiden Soekarno dengan menyekolahkan mahasiswa asal Maluku untuk mengikuti program strata satu (S-1) maupun strata dua (S-2) di Rusia," katanya.

Gubernur mengatakan menghapal sebanyak 25 mahasiswa, baik S-1 maupun S-2 yang kuliah di Rusia dengan nama maupun disiplin ilmu ditekuni di sana.

"Sayangnya setelah menamatkan pendidikan dan kembali ke Indonesia pada 1968/1969 ternyata kurang diberi peranan untuk mengaplikasikan ilmu mereka," ujarnya.

Padahal, saat itu pemerintah Rusia mengalokasikan anggaran 5 juta dolar AS dan peralatan untuk pengembangan ITA yang saat ini berlokasi di Fakultas Teknik Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon.

"Saya masih sempat bertemu dengan para lulusan itu saat menjadi Kepala Bidang (Kabid) di Bappeda Maluku," tegas Gubernur Said.

Pewarta: Alex Sariwating
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017