"Soalnya sekarang Filipina dengan China bersahabat," kata Wapres di atas Pesawat Kepresidenan BAE-RJ 85 dari Bali menuju Jakarta, Kamis.
Komentar tersebut disampaikan terkait pidato kunci yang disampaikan Wapres dalam Pertemuan Samudera Dunia atau "World Ocean Summit" (WOS) 2017 di Nusa Dua, Bali, Kamis, yang menyebutkan pentingnya sentralitas ASEAN dalam menjaga stabilitas di LCS.
JK berpendapat hubungan ASEAN-China saat ini lebih kondusif dibandingkan 2016 lalu setelah kemenangan Filipina atas China di Arbitrase Internasional terkait sengketa wilayah di LCS.
Terkait perkembangan China yang makin gencar membangun pulau buatan di kawasan yang menjadi perselisihan di LCS, Wapres mengatakan semua pihak harus kembali pada hukum internasional untuk menanggapinya.
"Karena itu kita harus mengikuti UNCLOS, karena UNCLOS itu kalau pulau buatan tidak masuk dalam kriteria itu. Jadi batas wilayah tidak bisa dihitung dari pulau buatan," kata dia.
Menurut JK, meskipun bukan negara pengklaim, Indonesia akan terus menyerukan kepada semua pihak untuk saling menghormati dan saling menahan diri dalam rangka menjaga perdamaian dan keamanan di LCS.
Oleh karena itu, Wapres berpendapat bahwa Indonesia perlu mendorong ASEAN untuk melanjutkan perundingan COC yang mengutamakan pendekatan diplomatik yang damai dan berdasarkan hukum laut internasional UNCLOS 1982.
Saat ini, ASEAN dan China baru memiliki Deklarasi Tata Laku Pihak-Pihak Terkait di LCS (DOC) yang disepakati pada 2002, dan mengalami proses yang panjang untuk mendapatkan ratifikasi dari semua pihak, termasuk beberapa negara anggota ASEAN sendiri.
Pembicaraan tentang kelanjutan COC mulai tersendat setelah ASEAN menunjukkan rancangan elemen COC kepada China dalam Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN di Phnom Penh, Kamboja, 2012.
Pewarta: Azizah Fitriyanti
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017