Jakarta (ANTARA News) - Ketua Currency Management Board, Farial Anwar, menilai bahwa Indonesia pada 2008 bisa saja dikhawatirkan mengalami krisis keuangan, apabila pemerintah tidak segera mengantisipasi dengan memanfaatkan kelebihan likuiditas, seperti dana perbankan yang ditempatkan di Sertifikat Bank Indonesia (SBI). "Ancaman krisis keuangan bisa saja terjadi, karena itu pemerintah harus mendorong perbankan segera menyalurkan dananya yang disimpan di SBI," katanya di Jakarta, Kamis. Menurut dia, dana perbankan yang disimpan di SBI cukup besar mencapai Rp238 triliun bahkan pada akhir tahun ini diperkirakan akan bisa mencapai Rp300 triliun. Dana sebesar itu harus disalurkan ke masyarakat ketimbang di simpan di SBI, karena dana tidur itu akan memberatkan BI untuk membayar bunganya setiap bulan, katanya. Ia mengatakan, pemanfaatan dana perbankan dan masuknya investasi asing ke berbagai sektor akan memicu pertumbuhan ekonomi berjalan lebih cepat lagi. Selain itu, pemerintah juga mengeluarkan instrumennya, seperti Surat Utang Negara (SUN), Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan obligasi dan dana APBN untuk memicu sektor riil bergerak, katanya. Apabila semuanya berjalan dengan baik, maka ekonomi nasional akan tumbuh secara baik, ujarnya. Perbankan, menurut dia, meminta pemerintah harus dapat menggerakkan sektor riil yang selama ini belum berjalan agar perbankan dapat menyalurkan kreditnya, meski sikap kehati-hatian tetap diterapkan. Oleh karena, ia menilai, perbankan dalam hal ini sudah banyak melakukannya untuk memicu ekonomi nasional. Bagi perbankan menyalurkan kredit sudah tidak ada masalah, apalagi tingkat bunga kredit bank terus turun hingga berkisar antara 13 sampai 14 persen. "Kami optimis, apabila pemerintah bisa melakukan semua dana yang diperoleh dari instrumen dan didukung oleh dana perbankan yang ada di SBI, maka target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen akan dapat tercapai," ucapnya. Apalagi, "capital inflows" masih besar sejalan dengan aktifnya investor asing bermain di pasar modal yang mendorong indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Jakarta naik hingga menembus level 2.000 poin, ujarnya. Faktor tersebut juga didukung dengan tingkat pertumbuhan ekonomi China dan India yang seharus memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi kedua negara tersebut, katanya. Ia mengemukakan, muncul perkiraan bahwa ekonomi dunia akan beralih dari Amerika Serikat ke Eropa dengan makin tumbuh euro terhadap dolar AS yang mencapai 1,3600. Oleh karena itu pula, Indonesia harus segera mengantisipasi apabila perkiraan itu muncul sehingga tidak menekan ekonomi nasional yang saat ini sedang tumbuh, katanya menambahkan. (*)
Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007