Jakarta (ANTARA News)tara) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Rabu sore bergerak melemah sebesar 49 poin menjadi Rp13.377, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.328 per dolar AS.
"Faktor eskternal masih menjadi salah satu hal yang menjadi penekan mata uang rupiah terhadap dolar AS," ujar pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan bahwa ketidakpastian kebijakan bank sentral AS (The Fed) mengenai suku bunga acuannya masih menjadi penghambat mata uang rupiah mengingat pelaku pasar uang di dalam negeri saat ini masih menanti petunjuk kebijakan The Fed itu.
Di sisi lain, lanjut dia, yield obligasi di Amerika Serikat yang naik juga turut memicu pelaku pasar cenderung masuk ke aset berdenominasi dolar AS.
Dari dalam negeri, lanjut dia, sentimennya relatif cukup kondusif sehingga tekanan yang terjadi pada mata uang domestik tidak terlalu dalam. Diharapkan, rupiah kembali menguat dalam jangka pendek ini.
"Sejumlah data ekonomi domestik yang telah dirilis seperti neraca perdagangan yang surplus serta menurunnya defisit transaksi berjalan Indonesia diharapkan dapat menopang rupiah ke depannya," kat5anya.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa laju mata uang euro yang melemah menyusul kekhawatiran pasar terhadap pemilu Presiden Prancis dan Brexit (Inggris keluar dari Uni Eropa) juga berakibat pada laju dolar AS dan berimbas pada sejumlah mata uang lainnya, termasuk rupiah yang melemah.
"Pelaku pasar diharapkan tetap waspada terhadap pergerakan sejumlah mata uang global," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.356 dibandingkan Selasa (21/2) Rp13.370.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017