Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Ketua DPR, Agung Laksono, di Nusa Dua, Bali, Kamis, menegaskan delegasi Parlemen Indonesia siap maju ke arena voting untuk terus memperjuangkan lahirnya resolusi mengenai desakan keluarnya pasukan pendudukan multinasional pimpinan Amerika Serikat dari Irak. Usulan resolusi itu sendiri tidak lagi melewati pembahasan di tingkat komisi, tetapi langsung pada pleno Emmergency Items pada Sidang ke-116 Majelis Umum Inter-Parliamentary Union (IPU, Uni Parlemen Sedunia), Bali International Convention Center (BICC), Nusa dua Bali. Penegasan akan mengambil langkah lebih jauh, termasuk voting itu, dikemukakan kembali oleh Agung Laksono yang kini menjabat sebagai Presiden Majelis Umum IPU, Kamis, usai berturut-turut menerima Delegasi Parlemen Pakistan, Bangladesh serta Hongaria di Ruang Bali, BICC. Sebelumnya, dalam sambutan tanpa teks pada acara bersama para wartawan Indonesia maupun luar negeri, Agung Laksono didampingi Ketua Komisi I DPR, Theo L Sambuaga, mengemukakan Emergency Items yang diajukan Indonesia tidak cuma tentang Irak, tetapi isu pemanasan global (global warming). "Parlemen Indonesia akan tetap berjuang untuk menggolkan resolusi tentang penarikan pasukan asing dari Irak, meskipun melalui pemilihan suara atau voting. Sebab dalam sidang IPU atau lebih dikenal PBB-nya Parlemen ini, tidak ada hak veto, sehingga resolusi yang diputuskan berdasarkan musyawarah atau melalui voting," paparnya. Sejauh ini, usulan delegasi DPR, terutama mengenai resolusi penarikan pasukan multinasional pimpinan AS dari Irak melalui Emergency Items memang mendapat tanggapan pro dan kontra. "Tetapi sejumlah parlemen telah menyatakan dukungannya, sehingga akan terus diperjuangkan oleh delegasi Indonesia," tegasnya. Keanggotaan IPU Kepada pers, Agung Laksono juga menyinggung mengenai hasil pembicaraannya dengan Delegasi Parlemen Palestina yang meminta peningkatan status keanggotaan IPU dari posisinya sebagai observer menjadi anggota penuh. "Tuntutan tersebut akan dibahas oleh Sidang IPU dan Presiden IPU akan melakukan kunjungan ke Palestina. Kemungkinan usulan menjadi anggota penuh Parlemen Palestina akan diputuskan dalam sidang IPU tahun depan," katanya. Keinginan yang sama juga datang dari Thailand, karena status keanggotaannya hilang, sejak pergolakan domestiknya, melalui aksi kudeta militer. "Keanggotaan Thailand pun akan ditinjau lagi, setelah mereka melaksanakan Pemilu yang demokratis, yang dijadwalkan akhir tahun ini," tambahnya. Selain Palestina dan Thailand, ada juga permintaan dari Fiji. "Hanya Amerika Serikat yang belum menonjol keinginannya untuk bergabung kembali dengan IPU, setelah mereka keluar karena di IPU ini tidak ada Hak Veto seperti di PBB," ungkap Agung Laksono yang optimistis, satu waktu kelak, parlemen adidaya itu dipulihkan status keanggotaannya. Sementara itu, dalam acara jamuan makan malam Ketua DPR dengan para wartawan peliput Sidang Majelis Umum IPU di Nusa Dua Beach, berlangsung meriah dan dalam suasana penuh keakraban. Agung Laksono didaulat membawakan lagu di atas panggung, kemudian dibalas para wartawan dengan menampilkan seorang wakilnya, Ridwan Max Sidjabat dari harian berbahasa Inggris, The Jakarta Post. Tidak ketinggalan juga Theo Sambuaga (mantan Presiden Komite Politik dan Perlucutan Senjata IPU), Abdillah Toha (Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen, BKSAP), mantan Putri Indonesia Angelina Sondakh (Anggota Fraksi Partai Demokrat DPR RI), serta Simon Patrice Morin dan Ny Tuti Lukman Sutrisno (dari BKSAP) mendendangkan lagu melankolis. Acara malam keakraban tersebut juga dihadiri Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Prof Dr Emil Salim beserta isteri, yang datang di forum IPU untuk membawakan ceramah tentang isu pemanasan global. Secara berkelakar Max Sidjabat mengatakan dirinya mau tampil menyanyi karena akan mendapat bocoran mengenai reshuffle kabinet. "Isu yang berkembang saat ini, Ketua Komisi I DPR, Bung Theo L Sambuaga menjadi salah satu nominasi menteri di Kabinet Indonesia Bersatu," kata Ridwan Max Sidjabat, yang kebetulan duduk bersebelahan dan akrab berbisik-bisik dengan anggota Wantimpres, Emil Salim. (*)
Copyright © ANTARA 2007