Semarang (ANTARA News) - Kawasan Hutan Wisata Tinjomoyo Semarang menjadi tempat persinggahan burung-burung antarbenua yang bermigrasi, khususnya dari Australia, selain burung-burung lokal yang selama ini berhabitat di wilayah itu.
"Burung-burung yang ada, di antaranya kepodang, kutilang, kacer, prenjak, derkuku, dan perkutut. Bahkan, ada satu yang langka, yakni elang jawa," kata Kepala Bagian Tata Usaha Hutan Wisata Tinjomoyo Suparno di Semarang, Selasa.
Namun, kata dia, tak jarang hutan wisata seluas 57 hektare itu disinggahi burung-burung yang bermigrasi antarbenua sehingga tempat itu digunakan untuk pengamatan imigrasi aneka jenis burung, khususnya dari benua Australia.
Dulunya, ia menceritakan kawasan itu merupakan kebun binatang, tetapi pada 2004 lalu lokasi kebun binatang dipindahkan ke Taman Margasatwa Mangkang atau lebih dikenal Bonbin Mangkang yang dikelola Pemerintah Kota Semarang.
"Kebun binatang kan sudah ada di Mangkang, nanti di sini akan dikhususkan untuk pengembangan ekosistem burung dan bunga. Nanti, ada kandang bertingkat dengan luas 100x18 meter," kata pria yang sudah empat tahun bekerja di tempat itu.
Saat ini, Hutan Wisata Tinjomoyo banyak dikunjungi masyarakat, khususnya anak-anak muda untuk berfoto dan menikmati keasrian alam, termasuk banyak pasangan yang akan melangsungkan pernikahan berfoto "pre-wedding" di kawasan itu.
"Setiap hari, ada saja yang berkunjung ke sini. Namun, paling ramai pas akhir pekan. Ya, rata-rata 130 orang/hari. Tiket masuknya Rp3.000/orang. Di sini juga sering untuk outbond, berkemah, dan arena air soft gun," katanya.
Pengembangan Hutan Wisata Tinjomoyo, kata Suparno, rencananya segera dilakukan untuk mengoptimalkan potensi wisata yang ada, termasuk pengembang-biakan berbagai spesies burung dan bunga yang berhabitat di wilayah tersebut.
Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu membenarkan rencana pengembangan Hutan Wisata Tinjomoyo menjadi "ecopark" yang berwawasan ekowisata yang kini sudah memasuki penjajakan kerja sama dengan pihak ketiga.
"Detail engineering design (DED) sudah jadi. Kebutuhan anggaran untuk pengembangan Ecopark Tinjomoyo sekitar Rp33 miliar. Rencananya, Maret 2017 akan kami matangkan. Sudah ada pihak ketiga yang tertarik," kata Ita, sapaan akrabnya.
Ketertarikan pihak ketiga, diakuinya, salah satunya karena adanya fenomena menarik di Hutan Tinjomoyo Semarang, yakni pada bulan-bulan tertentu menjadi tempat persinggahan burung-burung yang bermigrasi antarbenua.
"Jadi, nanti akan didukung dengan ahli riset hayati dengan adanya migrasi burung-burung yang melintas antarbenua melalui Samudera Hindia, dari Australia menuju Asia dan Amerika. Ini bisa jadi destinasi wisata dan penelitian," katanya.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017