Terbatasnya penguatan rupiah membuat pergerakan selanjutnya menjadi rentan terkoreksi

Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Selasa sore bergerak menguat sebesar 32 poin menjadi Rp13.328, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.360 per dolar AS.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa penguatan mata uang rupiah relatif masih terbatas terhadap dolar AS memfaktorkan reaksi pasar terhadap rencana Presiden Trump terkait pembaruan pajak dan rencana lainnya terhadap pertumbuhan industri di AS.

"Terbatasnya penguatan rupiah membuat pergerakan selanjutnya menjadi rentan terkoreksi," katanya.

Menurut dia, adanya tanggapan dari Menteri Keuangan mengenai rasio utang Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) masih berada pada posisi aman tampaknya cukup meyakinkan sebagian pelaku pasar uang di dalam negeri.

Ia mengharapkan bahwa harga minyak mentah dunia yang menguat dapat menjaga fluktuasi mata uang komoditas, seperti rupiah sehingga kembali terapresiasi terhadap dolar AS.

Terpantau harga minyak jenis WTI Crude menguat 1,12 persen menjadi 54,00 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,93 persen menjadi 56,70 dolar AS per barel.

Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa salah satu faktor yang menahan laju rupiah lebih tinggi yakni pernyataan pejabat Federal Reserve mengenai peluang kenaikan suku bunga acuan pada Maret mendatang.

"Pasar menunggu petunjuk dari risalah rapat pertemuan The Fed. Jika terdapat indikasi kenaikan suku bunga AS maka dapat memicu dolar AS kembali menguat," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.370 dibandingkan Senin (20/2) Rp13.352.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017