Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah diperkirakan menurun hingga Rp14 ribu per dolar AS pada akhir 2017 karena perkasanya mata uang Paman Sam setelah dua kali kenaikan suku bunga The Federal Reserve, kata seorang analis dari Bank Standard Chartered.
Kepala Penasihat Investasi Wealth Management Standard Chartered, Heng Yang di Jakarta, Selasa, menilai Bank Indonesia akan menjaga agar kurs rupiah tidak melemah terlalu jauh meninggalkan level Rp14 ribu.
"BI mungkin bisa kontrol lebih baik lagi karena penguatan yang terlalu hebat dan terlalu lemah tidak baik. Perkiraan kita di akhir tahun Rp14 ribu per dolar AS, lebih karena faktor global," ujar dia.
Sepanjang tahun berjalan, kurs rupiah masih cenderung stabil di kisaran Rp13.300. Menurut kurs tengah BI, rupiah berada di Rp13.370 per dolar AS pada Selasa (21/2) ini.
Yang mengatakan pelemahan rupiah di akhir tahun lebih karena sentimen sementara, akibat kenaikan suku bunga acuan di Amerika Serikat yang akan menarik modal asing di pasar finansial global, termasuk dari negara "emerging markets".
Namun, menurut Yang, dana asing akan kembali dan melengkapi modal asing yang telah menetap di Indonesia karena fundamental ekonomi dalam negeri semakin baik, terlihat dari surplus Neraca Pembayaran Indonesia dan inflasi yang sesuai perkiraan pemerintah dan BI di 3-5 persen.
Pelemahan rupiah juga bisa tertahan, kata Yang, jika lembaga pemeringkat internasional Standard and Poors (SnP) menaikkan peringkat obligasi Indonesia menjadi layak investasi, sepert Fitch Ratings dan Moody Service.
"SnP bisa saja menaikkan peringkat Indonesia tahun ini. Itu peluang yang akan menahan pelemahan rupiah," ujar dia.
Yang memerkirakan kenaikan suku bunga The Fed yang pertama akan terjadi pada Maret atau Juni 2017, dan yang kedua pada akhir 2017.
BI diperkirakan Yang akan menahan suku bunga acuan "7 Days Reverse Repo Rate" di 4,75 persen pada tahun ini.
Tidak terdapat peluang untuk menurunkan suku bunga acuan bagi BI, menurut Yang, karena selain tekanan global, tekanan dari dalam negeri yakni kenaikan laju inflasi juga harus diantisipasi dengan kebijakan suku bunga yang hati-hati. BI sudah menahan suku bunga acuannya dalam lima bulan terakhir.
Standard Chartered, bank yang berkantor pusat di London, Inggris itu memerkirakan inflasi Indonesia pada 2017 sebesar 4,3 persen (yoy). Sementara ekonomi Indonesia diperkirakan akan tumbuh 5,3 persen di 2017.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017