Juba (ANTARA News) - Pemerintah Sudan Selatan pada Senin (20/2) mengatakan bahwa perang di negaranya selama tiga tahun menyebabkan paceklik di sebagian wilayah, sementara hampir lima juta orang atau setengah dari populasinya akan mengalami kelaparan.
Isaiah Chol Aruai, kepala Biro Statistik Nasional Sudan Selatan, mengatakan sebagian wilayah di kawasan Greater Unity "tergolong mengalami paceklik, atau... berisiko mengalami paceklik".
"Konvergensi dari sejumlah bukti menunjukkan bahwa efek jangka panjang dari konflik ini, ditambah tingginya harga makanan, krisis ekonomi dan rendahnya produksi pertanian serta berkurangnya pilihan mata pencaharian" menyebabkan 4,9 juta orang terancam kelaparan dan paceklik, ujarnya.
Klasifikasi paceklik berdasarkan pada skala kelaparan yang diakui internasional yakni ketika kekurangan makanan ekstrem mengakibatkan kematian akibat kelaparan.
"Tragedi utama dalam laporan yang dikeluarkan hari ini... adalah bahwa masalah tersebut akibat ulah manusia," ujar Eugene Owusu, Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Sudan Selatan seperti dikutip AFP.
"Pendorong utamanya sudah lama ada dan kita semua tahu bahwa kami mengalami krisis makanan besar."
Dia mengatakan konflik dan ketidakamanan untuk petugas kemanusiaan, yang mengalami serangan saat menjalankan tugas mereka, dan penjarahan aset kemanusiaan memperparah krisis itu.
"Saya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk meminta pemerintah, pihak bertikai dan semua pelaku untuk mendukung kemanusiaan guna memberikan akses yang diperlukan, sehingga kita bisa terus memberikan layanan untuk menyelamatkan jiwa orang-orang yang membutuhkan," katanya.(mu)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017