Jakarta (ANTARA News) - Beberapa pengamat ekonomi memprediksi kecilnya kemungkinan penurunan BI Rate dalam waktu dekat ini, karena perubahan yang terjadi tergantung pada keadaan rate di luar negeri. "Penurunan BI Rate perlu melihat keadaan di luar negeri. Terlepas dari itu semua, memang masih terbuka kemungkinan untuk terjadi penurunan," kata Ketua INDEF, Fadhil Hasan, di Jakarta, Rabu sore (2/5). Dia mengatakan jika terjadi penurunan BI Rate tidak akan lebih dari 25 basis poin. Jumlah tersebut merupakan angka yang wajar. Pendapat yang sedikit berbeda disampaikan oleh pengamat ekonomi Ichsanurdin Noorsy. Dia justru berpendapat BI tidak akan berani menurunkan BI Rate untuk saat ini. Ia mengatakan semua orang akan melihat ke luar negeri. Jika lebih bagus pasti mereka lebih memilih melarikan dananya keluar negeri. "Orang akan melihat selisih marjin antara 'real interest' di Indonesia dengan luar negeri," ujar dia. Sementara itu, pengamat ekonomi lainnya, Imam Sugema, mengharapkan agar BI jangan bereaksi terlebih dahulu terhadap deflasi yang terjadi pada April lalu. Namun demikian, dia mengatakan BI Rate memang harus turun perlahan. Dia melihat kemungkinan untuk turun masih ada. "Tetapi harus perlahan, 25 basis poin per 2 bulan itu baik. Jangan terlalu agresif turun 50 basis poin, takutnya ekspektasi pasar jadi tidak karuan," katanya. Sama dengan pengamat ekonomi lainnya dari Tim Indonesia Bangkit, dia mengemukakan idealnya BI Rate memang berada di angka 8 hingga 8,5 persen. Saat ini BI Rate berada di angka 9 persen. (*)
Copyright © ANTARA 2007