Bangkok (ANTARA News) - Sejumlah bikhu dan kepolisian terlibat perkelahian di vihara Buddha di Thailand, Senin, saat pasukan kepolisian berupaya menangkap mantan kepala vihara berpengaruh terkait tuduhan pencucian uang.
Kebuntuan skandal korupsi di lingkungan Vihara Dhammakaya adalah salah satu tantangan terbesar pemerintahan Thailand, yang merebut kekuasaan pada 2014.
Kepolisian berupaya menghindari kekerasan pada saat muncul ancaman penangkapan terhadap pengikut, yang tinggal di vihara itu dan menolak perintah meninggalkan tempat tersebut, malahan berbondong-bondong ke vihara sehingga menghambat perburuan terhadap Phra Dhammachayo, yang berusia 72 tahun.
Dengan peningkatan ketegangan selama empat hari setelah pemerintahan militer mengeluarkan perintah darurat untuk perburuan tersebut, bikhu dan polisi saling dorong di salah satu pintu gerbang vihara.
Seorang juru foto Reuters melaporkan tidak ada yang luka parah dalam kejadian tersebut.
Masyarakat luas meyakini bahwa pihak vihara tersebut memiliki keterkaitan dengan pemerintahan yang digulingkan oleh militer pada 2014 dan kalangan Buddha dicap lebih buruk daripada konservatif tradisional kerajaan dan militer.
Vihara itu, yang mendaku memiliki jutaan pengikut di negara dengan 95 persen penduduknya beragama Buddha tersebut, menyatakan bahwa serangan terhadap para bikhu berjubah kuning merupakan perbuatan tabu.
"Kami melakukan semua tindakan untuk menghindari konfrontasi dan kekerasan fisik. Perburuan akan dilanjutkan dan kami akan meminta pihak vihara untuk bekerja sama," kata Deputi Direktur Jenderal Departemen Penyelidikan Khusus, Suriya Singhakamol.
"Pengikut, yang mendatangi vihara tersebut, di berbagai arah diminta kembali. Kami minta orang-orang tidak datang karena mereka bisa melanggar hukum dan bisa ditahan," katanya.
Sebagian besar polisi ikut terlibat dalam perburuan di vihara yang berlokasi di pinggiran Kota Bangkok itu. Namun tidak terlihat pasukan militer.
Vihara terbesar di Thailand itu berdiri di atas lahan seluas 400 hektare atau empat kali lipat luas wilayah Kota Vatikan.
Pemerintah Thailand menerapkan aturan, yang menurut para pengamat sebagai undang-undang diktator pada Kamis, untuk perburuan di Vihara Dhammakaya itu setelah beberapa bulan penangkapan Phra Dhammachayo mengalami kegagalan.
Dia menghadapi tuduhan melakukan konspirasi dengan pelaku pencucian uang dan menerima barang-barang curian serta mengambil alih lahan secara ilegal untuk mendirikan bangunan pusat meditasi.
Sejumlah pembantunya menolak tuduhan itu karena berlatar belakang politis.
Kepolisian menolak berkomentar di koran Bangkok Post yang melaporkan bahwa Phra Dhammachayo melarikan diri dari vihara pada hari pertama perburuan.
Meskipun pihak vihara tidak memiliki afiliasi politik tertentu, pimpinan vihara secara luas diyakini memiliki jaringan dengan mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra yang digulingkan pada 2006.
Pemerintah yang dipimpin saudara perempuan Thaksin, Yingluck, digulingkan oleh militer pada 2014.
Tulisan pengikut di plakat terbuat dari kardus seadanya dalam bahasa Inggris dan Thailand juga menunjukkan adanya politisiasi dalam perburuan tersebut.
"Diktator Thailand berupaya menyerang tempat suci umat Buddha," demikian salah satu tulisan tersebut.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017