Jakarta (ANTARA News) - Sekarang hampir tidak pernah terjadi perang antar negara dan melibatkan negara sebagai aktor pelaku. Yang ada adalah perang modern alias perang inkonvensional dan Indonesia harus mewaspadai perang modern, sebagaimana dinyatakan Direktur Bela Negara Kementerian Pertahanan, Laksamana Pertama TNI Muhammad Faizal.
Efek perang modern, kata dia, di Jakarta, Senin, tidak kalah merusak. "Perang Dunia I dan Perang Dunia II membuat negara-negara malas berperang. Tapi bagaimana menghancurkan negara lain? Melalui narkoba dan radikalisme," ujar Faizal.
Spektrum perang modern memiliki berbagai dimensi, di antaranya pelemahan dan indoktrinasi merusak, yang dia katakan termasuk ke dalam golongan ini adalah penyebaran narkoba dan doktrin radikalisme.
Pada sisi lain, Indonesia sangat membuka diri dan sangat liberal pada pengaruh dari luar negeri, di antaranya gaya hidup dan konsep-konsep kemudahan hidup. Ketahanan ekonomi dan pangan nasional jelas terpengaruh, di antaranya kegemaran berlebihan masyarakat pada sajian dan makanan impor.
Ia mencontohkan, China pernah dihancurkan Inggris melalui Perang Candu.
Dia memberi "resep" menangkal serbuan pengaruh buruh dari luar negeri. Itu adalah bahwa pemerintah harus menanamkan kesadaran bela negara bagi warganya.
Bela negara, kata dia, kewajiban seluruh warga negara melindungi bangsa dan negara dari ancaman negara lain. "Bukan berarti jadi tentara, tapi dari sikap dan perilaku. Misalnya cinta Tanah Air, rela berkorban. Sederhana sekali bela negara itu," ujarnya.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017