Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyampaikan penghargaan kepada delegasi parlemen Indonesia pada sidang "Inter Parliamentary Union" (Parlemen Dunia) di Bali, yang telah berupaya menggalang dukungan bagi penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) dari Irak. "Saya tetap menyampaikan penghargaan kepada delegasi Indonesia yang telah berjuang menggalang dukungan dalam rangka keluarnya pasukan AS dari Irak sekalipun tidak berhasil sekarang," kata Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi di Jakarta, Rabu. Menurut Hasyim, meski tidak membuahkan hasil, perjuangan delegasi parlemen Indonesia pada sidang "Inter Parliamentary Union" (Parlemen Dunia) di Bali tersebut sudah mempunyai nilai tersendiri. "Kita tidak perlu berpretensi secara perfeksionis di dalam perjuangan, apalagi dalam perjuangan melawan kesewenang-wenangan AS," kata Presiden "World Conference on Religious for Peace" (WCRP) tersebut. Ia mengatakan semua orang sudah tahu bahwa Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) saja tidak ditaati AS. Buktinya, serangan AS dan sekutunya ke Irak tanpa mandat dari PBB.Bahkan, kata Hasyim, suara mayoritas rakyat AS juga diabaikan oleh pemerintahan Presiden George W Bush. "Jadi, kita bukan satu-satunya pihak yang diabaikan," katanya. Yang jelas, kata Sekretaris Jenderal "International Conference of Islamic Scholars" (ICIS) itu, opini dunia akan terus bergulir bahwa agresi adalah tindakan yang tidak adil. Sama halnya dengan resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1747 yang menghukum Iran. Seandainya Indonesia menolak resolusi tersebut, sikap Indonesia itu tidak akan mengubah keadaan. "Tetapi, yang diperlukan adalah posisi Indonesia sendiri. Jangan menghukum sesama teman," kata Hasyim yang masih kecewa dengan sikap Indonesia yang mendukung resolusi tersebut. Terkait dengan keputusan pertemuan ulama internasional di Istana Bogor beberapa waktu lalu yang menyerukan AS secara bertahap keluar dari Irak dan digantikan oleh pasukan dari negara Islam, menurut Hasyim, harapan itu kini sulit diwujudkan. Sebab, Presiden Bush sendiri telah memveto (menolak) Rancangan Undang-undang yang dihasilkan Kongres AS soal penetapan waktu penarikan pasukan AS dari Irak mulai Oktober 2007. "Dengan keputusan veto ini jadi semakin rumit," katanya. Oleh karena itu, Hasyim berharap rakyat Irak dapat bersatu. Sebab, sangat tidak mungkin mengharapkan penjajah menghentikan penjajahannya secara sukarela. "Tidak mungkin mengharapkan amal sholeh dari penjajah," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007