Jakarta (ANTARA News) - Operasi pemisahan bayi kembar siam/dempet, Yessa-Yessi asal Palembang, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, akan dilakukan antara bulan Juni atau Juli 2007 setelah tim penanganan melakukan evaluasi berkala mengenai kondisi kesehatan bayi tersebut. RSCM sendiri menerima rujukan bayi kembar siam tipe "thorakoabdominopagus" berusia 17 hari itu dari RSUP Dr Moh Hoesin Palembang pada 18 September 2006. Bayi dengan jenis kelamin perempuan itu anak pasangan Yunus (27) dan Herdiana (27), warga Jalan P Subakti Nomor 1020, 26 Ilir G, RT 022/026, Palembang. Kepala Humas RSCM, Poniwati Yakob SKM, di Jakarta, Rabu, mengatakan sebelum operasi perlu dilakukan sejumlah langkah-langkah, antara lain penyiapan bagian kulit bayi yang akan digunakan untuk menutup bagian dada dan perut yang terbuka, setelah pemotongan pada bagian dada dan perut untuk memisahkan kedua bayi tersebut. "Untuk itu telah dilakukan operasi guna pemasangan alat "tissue expander rectanguler 200 cc: 6x5x7 cm", pada Sabtu (28/4) oleh Tim Bedah Plastik," katanya. Setelah pemasangan alat tersebut, kata dia, kedua bayi dalam perawatan yang intensif oleh tim ahli bedah, pusat jantung terpadu, dan ICU anak. Saat ini, kondisi luka maupun kulit yang dikembangkan dalam kondisi baik. "Rencana pengembangan lanjutan akan dilakukan mulai 11 Mei 2007, dan dilakukan setiap minggu sampai kulit diperkirakan cukup untuk menutup defek. Tindakan selanjutnya sesuai dengan keadaan dan perkembangan kedua bayi kembar siam," katanya. Kelainan yang ditemukan pada bayi kembar siam tersebut adalah dempet berhadapan, atau melekat di bagian dana dan perut, sedangkan kepalanya masing-masing normal. Kemudian, tulang dadanya bagian tengah (dengan pemeriksaan CT Scan) ditemukan hanya ada satu, sedangkan bagian bawahnya tidak ada. Selanjutnya, jantung kedua bayi Yessa-Yessi menempel. Berdasarkan kelainan jantung itu dapat disimpulkan bahwa kedua bayi tersebut sewaktu-waktu dapat terjadi kegawatan yang dapat mengakibatkan kematian, bila struktur dan fungsi jantung serta pembuluh darah dan jantungnya yang semakin tidak menguntungkan. "Aliran darah kedua bayi itu tidak sempurna untuk menyebarkan oksigen dan makanan ke seluruh tubuh, bahkan pada bayi Yessi kadar oksigennya lebih rendah dari bayi Yessa," katanya. Oleh karena itu, ia menyebutkan bayi kembar siam tersebut dirawat di Unit Perawatan Intensif Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM dan bila keadaan mendesak dan memungkinkan terpaksa dilakukan tindakan pemisahan kedua bayi dengan resiko kematian yang sangat tinggi. "Kelainan jantung pada bayi kembar siam tersebut sewaktu-waktu dapat terjadi kegawatan yang dapat menyebabkan kematian bayi," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007