Pertempuran sengit berkecamuk antara prajurit militer Suriah dan petempur IS di gurun Palmyra di pinggir timur Provinsi Homs di Suriah Tengah, kata Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia.
Kelompok pemantau yang berpusat di Inggris itu mengatakan pertempuran tersebut, yang didukung oleh serangan udara gencar terhadap posisi IS, adalah gerak maju baru militer Suriah dan petempur sekutunya di gurun kota oasis kuno itu.
Militer Suriah, kata Observatorium, telah merebut banyak wilayah di Bayarat di dekat Palmyra, demikian laporan Xinhua. Ditambahkannya, banyak korban jiwa dilaporkan dari kedua pihak.
IS merebut kembali Palmyra pada Desember lalu, setelah mengerahkan bala bantuan. Kelompok fanatik itu juga menguasai kembali ladang minyak dan gas di sekitarnya.
Pasukan Suriah sejauh ini telah berhasil merebut ladang gas penting Hayan, instalasi terbesar produksi gas di Suriah. Mereka bergerak maju ke arah Ladang Minyak Jazel, dan sudah sampai di pinggirannya.
Dalam upaya kedua untuk menyerbu kota tersebut, IS meledakkan bagian depan ampiteater serta monumen dan reliks lain di Palmyra, selain kuil penting lain yang dihancurkan dalam serbuan pertama mereka.
Menteri Kebudayaan Suriah Muhammad Ahmad baru-baru ini mengatakan pemboman warisan sejarah itu di Kota Oasis Kuno Palmyra oleh kelompok IS adalah "kejahatan perang".
"Semua monumen ini bukan hanya harta Suriah, tapi seluruh dunia," kata Ahamd. Ia mendesak masyarakat internasional agar mengemban tanggung jawab mereka dalam melindungi warisan dunia di Suriah.
(Uu.C003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017