Jakarta (ANTARA News) - Dunia usaha dinilai pada saat ini masih menunggu hasil putaran kedua Pemilihan Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 sebelum mengambil langkah strategis untuk menentukan sejumlah hal seperti investasi pada masa mendatang.
"Kami sangat memahami mengapa pilkada dua putaran (di DKI) ini mengundang sikap wait and see (menunggu) dari dunia usaha, khususnya investasi," kata Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Ekonomi dan Keuangan Taufik Kurniawan dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat.
Politisi PAN itu memahami kondisi tersebut antara lain karena tidak bisa dipungkiri bahwa aktivitas bisnis membutuhkan kepastian kondisi.
Apalagi, ujar dia, pemerintah juga baru saja meluncurkan Paket Kebijkan Ekonomi Jilid ke 15 yang terkait dengan logistik dalam hal sistem "Indonesia National Single Window" (INSW).
"Saya memahami jika para pelaku usaha akan menunggu suasana pilkada betul-betul selesai. Apalagi Jakarta menjadi barometer politik dan ekonomi dalam negeri," papar Taufik Kurniawan.
Untuk itu, ia juga menginginkan kondisi yang kondusif selama pelaksanaan putaran pertama juga perlu untujk tetap dijaga dan jangan sampai mengendur pada putaran kedua berikutnya.
Taufik juga mengemukakan rasa apresiasinya terhadap pelaksanaan Pilkada Serentak yang berlangsung aman, tertib, dan damai, sehingga juga diapresiasi para pelaku ekonomi.
"Walaupun kemudian Pilkada DKI Jakarta juga berlangsung dua putaran, namun kita bisa pastikan kondisi pasar tetap stabil," ucapnya.
Terkait kondisi ekonomi saat ini, Bank Indonesia melaporkan persepsi 4.600 rumah tangga terhadap kondisi ekonomi saat ini membaik, yang terlihat dari kenaikan indikator tentang penghasilan konsumen saat ini, ketersediaan lapangan kerja dan ketepatan waktu pembelian barang tahan lama.
Dalam publikasi survei konsumen BI yang diumumkan Senin (6/2) malam, di Jakarta, indeks kondisi ekonomi (IKE) pada akhir Januari 2017 membaik dibandingkan Desember 2016 dan November 2016.
"Indeks Kondisi Ekonomi saat ini naik 1,4 poin atau sebesar 104,2 dibanding Desember 2016," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara.
Dalam survei bulanan konsumen untuk Januari 2017, BI melakukan penelitian terhadap 4.600 rumah tangga di 18 kota di Indonesia.
Peningkatan persepsi konsumen, menurut BI, didorong oleh peningkatan indeks penghasilan saat ini yang naik 0,6 poin menjadi 118,5 poin, ketersediaan lapangan kerja yang naik 0,6 poin menjadi 88,8 dan ketepatan waktu pembelian barang tahan lama yang naik 3,3 poin menjadi 105,4.
BI mencatat peningkatan persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini paling tinggi terjadi di Makassar sebesar 25,5 poin, dan Ambon sebesar 23,4 poin.
Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017