Padang (ANTARA News) - Depertemen Perindustrian bersama Universitas Andalas (Unand) di Padang, Sumatera Barat, sepakat bekerjasama mengembangkan kakao, satu komoditi ekspor andalan Sumbar bidang agro-industri, ke depan guna mendukung keberadaan Indonesia sebagai pemasok kakao ketiga terbesar di dunia. "Lembaga manapun akan sulit bekerja sendiri, dan agar pengembangan kakao Sumbar sukses harus bersinergi dengan pihak lain seperti perguruan tinggi," kata Menteri Perindustrian, Fahmi Idris, di kampus Unand Limau Manis, Padang, Rabu. Indonesia satu negara produsen kakao ketiga terbesar di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Produksi biji kakao Indoensia sebesar 456.00 ton pada tahun 2006 sebagian besar diekspor dalam bentuk biji kering atau sebesar 365 ribu ton. Sementara itu, kapasitas industri pengolahan kakao di dalam negeri sebesar 303.400 ton hanya mampu berproduksi dengan utilitas sekitar 40 persen atau sebesar 121.300 ton pertahun. Menurut Fahmi, penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) tersebut, bagian upaya pengembangan industri kakao dalam jangka pendek dengan meningkatkan utilitas kapasitas produksi menjadi sekitar 75 persen. "Untuk jangka menengah meningkatnya ekspor dan terbangunnya merk nasional di pasar internasional dan meningkatnya investasi pada industri kakao olahan dan pengambangan produk kakao non pangan, untuk jangka panjang," katanya. Dalam kerjasama tersebut, kata Fahmi, Unand lebih diharapkan mampu meningkatkan perencanaan, meningkatkan kualitas SDM petani kakao dan melakukan ponelitian. Bagian lainnya Unand diharapkan terus memberikan penyuluhan dan mendampingi petani dalam bertanam. Unand juga diminta untuk menyiapkan data jumlah petani penanam coklat serta membantun promosi dan mengkaji terkait rencana pembangunan industri pengolah coklat. "Kerjasama tersebut berlaku selama tiga tahun dan bisa diperpanjang kembali, atau bisa dilanjutkan pada masa kabinet dengan presiden yang baru," katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007