Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan, Perindustrian dan Energi Korea Selatan (Korsel), Kim Young Ju, mengatakan bahwa pihaknya ingin mempercepat realisasi kerjasama di bidang ekonomi dengan pemerintah Indonesia sesuai dengan kesepakatan kemitraan strategis yang telah ditandatangani kedua negara pada Desember 2006. Kim mengatakan hal tersebut usai bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di pangkalan udara utama TNI AU, Halim Perdanakusumah, Jakarta, Rabu. Dalam kesempatan tersebut Kim juga menyampaikan surat Presiden Korsel Presiden Roh Moo Hyun yang sangat ingin mempercepat kerjasama ekonomi tersebut dan mengundang Presiden Yudhoyono ke Korsel dalam waktu dekat. Kim menjelaskan bahwa selama dua hari dirinya dan sejumlah delegasi Korsel telah melakukan berbagai pertemuan yang menghasilkan lima buah kesepakatan kerjasama seperti pembangunan jalur kereta api di Kalimantan Timur, kerjasama di bidang pengembangan minyak bumi dan batu bara. Selama kunjungan dua hari itu, kata Kim, juga dibicarakan kemungkinan investasi Korsel di 50 proyek. Kim menjelaskan nilai total investasi total langsung (FDI) Korsel ke Indonesia selama ini mencapai 5,7 miliar dolar AS atau nomor empat terbesar dari segi nilai investasi yang dilakukan investor Korsel di luar negaranya. Mengenai hambatan investasi di Indonesia, Kim mengatakan tidak ada persoalan yang serius bagi investor Korsel. Tetapi ia melihat ada kurang koordinasi antara peraturan di pemerintah daerah dan pemerintah pusat, terutama di bidang pertambangan dan kehutanan. "Banyak lahan untuk investasi di Indonesia tapi investor asing ingin mengetahui kejelasan pasar dan prospek kemajuan pasarnya," katanya. Namun, menurut Kim, dengan sudah diterbitkannya UU Penanaman Modal diharapkan persoalan itu bisa teratasi dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bisa memperluas dan mempermudah investasi masuk ke Indonesia. "Saya rasa masalah yang serius tidak ada," katanya. Dalam kesempatan itu Kim juga menyatakan penyesalannya dengan kejadian kaburnya pemilik perusahaan sepatu asal Korsel sehingga meninggalkan permasalahan perburuhan yang belum berakhir sampai saat ini. "Saya menyesali peristiwa tesebut. Perusahaan Korsel di Indonesia berjumlah 1.200 dan saya bertanggung jawab jika ada permasalahan dari perusahaan-perusahaan tersebut," katanya. Presiden menerima Kim usai melakukan kunjungan kerja di Sulwesi Tengah selama tiga hari. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007