Seoul (ANTARA News) - Saudara tiri Presiden Korea Utara Kim Jong-Un, yang dibunuh di Malaysia, sempat memohon pengampunan setelah upaya pembunuhan pada 2012, ungkap kepala mata-mata Seoul pada Rabu (15/02), menggambarkan bahaya dilahirkan di dalam dinasti yang brutal.
Kim Jong-Nam, putra tertua dari mendiang mantan pemimpin Kim Jong-Il, meninggal setelah dilaporkan diserang oleh dua perempuan - yang menurut Seoul adalah agen Korea Utara - di Bandara Internasional Kuala Lumpur pada Senin (13/2).
Dia pernah dipandang sebagai pewaris tetapi diabaikan setelah upayanya yang memalukan untuk memasuki Jepang dengan paspor palsu pada 2001.
Keluarga Kim telah memimpin Korea Utara dengan tangan besi sejak dibentuk pada 1948.
Namun, setelah tidak terpilih sebagai pewaris, Jong-Nam hidup di pengungsian, terutama di wilayah Makau, Tiongkok.
Meski menjadi anak paling muda, Jong-Un mengambil alih kekuasaan negara bersenjata nuklir itu setelah kematian ayahnya pada Desember 2011.
Dan meski Jong-Nam menjaga jarak dari kehidupan politik dalam negeri, Korea Utara pada 2012 mencoba membunuhnya, ungkap anggota parlemen Seoul, menyusul pertemuan tertutup yang dilakukan oleh kepala Dinas Intelijen Nasional (National Intelligence Service/NIS), Lee Byung-Ho.
"Menurut (Lee)… ada satu upaya pembunuhan pada 2012, dan Jong-Nam pada April 2012 mengirim surat kepada Jong-Un yang isinya 'Tolong ampuni saya dan keluarga saya',” ungkap anggota komite intelijen parlemen Kim Byung-Kee kepada wartawan, seperti dilansir AFP.
Kematiannya menggaungkan nasib yang juga dialami oleh pamannya Jang Song-Thaek, yang dieksekusi di Pyongyang pada Desember 2013 atas tuduhan pengkhianatan dan penyuapan.
(Baca: Tersangka pembunuh saudara Kim Jong-un gunakan paspor Indonesia)
Jong-Nam adalah anak tertua Kim Jong-Il dari istri pertamanya, dan di negara yang sangat patriarkal itu, anak pertama dianggap sebagai penerus keluarga.
Kim Il-Sung menyerahkan kekuasaannya pada putra pertamanya, Kim Jong-Il selepas kematiannya pada 1994.
Tapi kekuasaan selanjutnya diteruskan pada Jong-Un, anak Jong-Il dari istri ketiga.
Jong-Nam dipercaya punya hubungan dengan elit Beijing-dia adalah sosok yang berani bicara, mengkritik sistem politik Pyongyang dalam beberapa kesempatan.
Pria 45 tahun itu pernah belajar di Moskow dan Jenewa, dia mengatakan "secara pribadi menentang" transfer kekuasaan yang diturunkan secara turun temurun di keluarganya sendiri, demikian kata Jong-Nam saat wawancara dengan TV Jepang Asahi 2010.
(Baca juga: Korut berusaha hentikan otopsi jenazah saudara tiri Kim Jong Un)
Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017