Penandatangan kerja sama dilakukan antara Direktur Utama Taspen Iqbal Latanro dan Direktur Utama Pefindo Ronal T Andi Kasim, di Jakarta, Selasa.
Menurut Iqbal, data dan informasi peserta Taspen yang dapat diakses oleh Pefindo antara lain data kepegawaian seperti usia, masa kerja, sumber dan jumlah penerimaan pegawai maupun pensiunan, hingga data-data terkait track record pegawai dan pensiunan selama menjadi peserta Taspen.
Sinergi ini selain memberi manfaat bagi peserta Taspen dalam mengakses pembiayaan kredit, juga dapat berperan menciptakan efisiensi sistem perbankan.
"Dengan kerja sama ini, diharapkan bagi peserta Taspen bisa lebih mudah mengakses pembiayaan dari perbankan dengan bunga rendah, karena tingkat kredit bermasalah (NPL) bisa ditekan hingga nol persen," ujarnya.
Selanjutnya tambahnya, dengan data dan informasi peserta Taspen yang sudah masuk ke Pefindo lebih akurat dan realtime, maka bisa menciptakan efisiensi.
Sementara itu, Dirut Pefindo Biro Kredit Ronald T Andi Kasim mengatakan, sebagai Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP), Pefindo Biro Kredit sebagai pengelola informasi perkreditan secara periodik memberikan laporan kepada Taspen terkait pemuktahiran data termasuk soal pinjama kredit perserta.
Ia menjelaskan, Pefindo Biro Kredit resmi mengantongi izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 22 Desember 2015, sehingga sah sebagai lembaga pengelola informasi perkreditan di Indonesia.
Meski baru persiapan operasional yang ditargetkan April 2017, tambah Ronald, Pefindo Biro Kredit sudah melakukan kerja sama penyediaan informasi perkreditan dengan 62 perusahaan, sebanyak 15 perusahaan diantaranya adalah perbankan dan selebihnya 47 perusahaan merupakan perusahaan pembiayaan.
Dalam operasionalnya, Pefindo Biro Kredit membebankan iuran keanggotaan sebesa Rp120 juta per tahun per lembaga keuangan, yang menjadi potensi pendapatan bagi Pefindo.
"Dengan target sekitar 80 perusahaan yang menjadi anggota mitra Pefindo, maka kami targetkan pendapatan dalam setahun pertama mencapai sekitar Rp67 miliar," ujarnya.
Pendapatan tersebut ermasuk dari pendapatan utama yaitu bia inquiry yang dibebankan kepada anggota yang dipatok sebesar Rp12.000 per satu kali klik data lengkap nasabah.
(R017)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017