"Penglihatan memegang peran penting dalam keberhasilan belajar anak di sekolah. Karena itu, perusahaan memberikan perhatian terhadap pendidikan serta kesehatan mata anak melalui program Panasonic Viera untuk Masa Depan, Mata Sehat Demi Pendidikan Anak," kata Product Manager Audio Visual PT Panasonic Gobel Indonesia Erwin Lim dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Program Panasonic Viera untuk Masa Depan, Mata Sehat Demi Pendidikan Anak akan diselenggarakan di lima sekolah dasar yang berada di lingkungan Panasonic sepanjang bulan Februari tahun 2017.
Menurut Erwin, melalui program ini perusahaan akan memberikan pengecekan kesehatan pada mata anak-anak sekolah dasar serta memberikan edukasi mengenai kesehatan mata dengan cara yang unik dan menarik bagi anak-anak. Selain itu, perusahaan juga akan memberikan kaca mata gratis untuk anak-anak yang membutuhkan.
"Panasonic memberikan edukasi bertajuk kelas masa depan di mana akan ada kelas bercerita mengenai kesehatan mata yang disertai permainan-permainan yang sesuai dengan ketertarikan anak-anak di sekolah dasar. Selain itu, perusahaan juga akan melaksanakan pengecekan kesehatan mata bertajuk bekal masa depan, serta donasi bertajuk bingkisan masa depan di mana Panasonic memberikan kacamata gratis untuk anak-anak yang membutuhkan," katanya.
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program Viera Sehat Mataku yang diselenggarakan tahun 2016. Jika pada tahun 2016 perusahaan berupaya untuk memberikan bantuan kepada para penderita retinoblastoma di sekitar Jabodetabek, kali ini Panasonic lebih berfokus pada kesehatan mata anak, khususnya pada usia sekolah dasar.
Selain itu, selama setahun penuh yaitu mulai dari bulan April 2016 hingga Maret 2017, perusahaan menyumbangkan Rp5.000, di setiap pembelian Panasonic TV Viera untuk dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk program Panasonic Viera untuk Masa Depan, Mata Sehat Demi Pendidikan Anak.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2013, sekitar 4,6 persen dari total populasi penduduk Indonesia memakai kaca mata refraksi dan lensa mata, atau dengan kata lain kacamata minus. Selain itu, sekitar 10 persen dari 66 juta anak usia sekolah (5-19 tahun) di Indonesia diketahui mengalami gangguan mata akibat kelainan refraksi.
(A025)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017